Ahad 02 Oct 2022 13:34 WIB

Si Jibrut dan Kisah Schouwburg, Gedung Kesenian Pasar Baru

Kisah Gedung Kesenan Pasar Baru

Rep: Muhammad Subarkah/ Red: Partner
.
Foto: network /Muhammad Subarkah
.

Orang-orang berkumpul di Jembatan Pasar Baru pada tahun 1880. Di samping kanan tampak Gedung Kesenian<a href= Schouwburg yang dibangun pada masa permintahan Inggris di Indonesia (1811-1816)." />
Orang-orang berkumpul di Jembatan Pasar Baru pada tahun 1880. Di samping kanan tampak Gedung Kesenian Schouwburg yang dibangun pada masa permintahan Inggris di Indonesia (1811-1816).

Schouwburg berfungsi setelah Belanda yang berkuasa kembali tahun 1826. Ini kemudian merubuhkan Opera Thalia di Mangga Besar dan berdirinya Pasar Baru tahun 1828.

Belanda inginkan Weltevreden, Karts Pusat jadi pusat keramaian. Tak jauh dari Schouwburg dibangun kemudian dua bioskop,: Astoria dan Capitol. Di selatan Pasar Bari dibangun bioskop Globe.

Temat dengan focus Schouwburg menjadi nyanan. Kalau sore harip di sebrang Schouwburg itu jembatan Pasar Baru, ramai orang dengan pakaian netjes, rapih, berdiri santai di jembatan. Istilah jaman dulunya ngeloneng.

Schouwburg bukan tampilkan tontonan Belanda dan Eropa saja, teater dan musik Indonesia juga mentas di Schouwburg. Penari Indonesia saat itu yang bekend Miss Dja.

Jaman merdeka Schouwburg ganti nama jadi Gedung Kesenian. Sandieara, Ratu Asia main di sini. Juga dalam grup teater lain muncul nama-nama seperti Miss Netty, Miss Fifi Yong, Tan Tjeng Bok, dan Hamid Arif. Penyanyi yang bekend Nining Cilik.

Tak lama Gedung Kesenian berfungsi di jaman Orde Lama Kemudian serambi depan Gedung Kesenian jadi hunian gembel. Di jaman Gubernur Ali Sadikin ditertibkan kembali dan difungsikan.

Di jaman Orlde Lama melintas Pasar Baru pada sore haru terasa ada yang kurang. Ini karena Gedung Kesenian tak berfungsi.

Untunglah ada seorang pengamen tanpa instrumen yang dipanggil si Jibrut. Ia pandai mainkan bunyi-bunyianan dengan telapak tangan dan ketiaknya. Orang Betawi bilang ia jago ngejibrut. Ketika Jibrut beraksi, kaum wanita berlarian menghindar dari jibrut si Jibrut.

Penulis: Ridwan Saidi, Budayawan Betawi dan Sejarawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement