Senin 03 Oct 2022 15:51 WIB

Menhub Budi Yakin Dampak Kenaikan BBM ke Harga Pangan Hanya 1,5 Persen

Kemenhub tidak membatasi kenaikan tarif angkutan logistik darat pasca BBM naik.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (tengah) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan) dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) saat melakukan kunjungan kerja di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/2022). Kunjungan kerja tersebut untuk memantau ketersediaan beras, stabilisasi harga dan mengidentifikasi masalah-masalah yang membuat harganya naik. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (tengah) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan) dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) saat melakukan kunjungan kerja di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/2022). Kunjungan kerja tersebut untuk memantau ketersediaan beras, stabilisasi harga dan mengidentifikasi masalah-masalah yang membuat harganya naik. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, optimistis kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini tak akan berdampak besar terhadap kenaikan harga pangan.

"Saya pikir kenaikan (tarif angkutan) tidak lebih dari 10 persen dan (pengaruh) transportasi terhadap harga komoditas cuma 10-20 persen. Jadi dampak total (kenaikan harga pangan) paling 1 - 1,15 persen," kata Budi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Senin (3/10/2022).

Baca Juga

Budi mengatakan, Kemenhub memang tidak membatasi kenaikan tarif angkutan logistik darat pasca pemerintah menaikkan harga BBM, khususnya Pertalite. Namun, pihaknya meyakini kenaikan harga BBM yang mencapai 30 persen tidak serta merta berdampak simetris pada biaya angkutan.

Sementara itu, Kemenhub juga mengoptimalisasi penggunaan Tol Laut untuk pengangkutan komoditas pangan antar pulau. Saat ini menurut Budi, rute pengangkutan Tol Laut sudah lebih fleksibel tergantung kebutuhan. "Dulu itu biasanya dari Jawa ke wilayah timur. Sekarang dinamis," katanya.

Ia mencontohkan seperti dalam pengiriman minyak goreng dari Medan ke NTT secara langsung. Selain itu, pengiriman beras dari Merauke ke wilayah Papua dengan kerja sama Bulog.

"Beras di Merauke itu banyak, tapi harganya murah sekali. Jadi kita kerja sama dengan Bulog agar kebutuhan beras Papua bisa dipenuhi Merauke. Kita juga melakukan perbaikan pasca panen di Merauke karena kualitasnya kalah dengan Sulawesi Selatan," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement