Senin 03 Oct 2022 19:30 WIB

Ini Alasan Lemhanas Sebut Wawasan Kebangsaan di Jabar Layak Ditiru Provinsi di Indonesia

Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar telah menerapkan praktik-praktik pembumian Pancasila di sekolah baik itu melalui kurikulum, program dan kegiatan

Rep: Arie Lukihardianti bandung 24jam/ Red: Partner
.
Foto: network /Arie Lukihardianti bandung 24jam
.

Kadisdik Jabar Dedi Supandi berbincang-bincang soal wawasan kebangsaan
Kadisdik Jabar Dedi Supandi berbincang-bincang soal wawasan kebangsaan

BANDUNG----Wawasan kebangsaan di lingkungan pendidikan Jawa Barat, mendapatkan apresiasi. Bahkan, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia (RI) menilai pemahaman laik ditiru oleh seluruh Provinsi se-Indonesia.

Menurut Kasubdit Opreasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas RI, Kol Kes M Ihsan, wawasan kebangsaan sangat penting untuk membentengi generasi muda terhadap sejumlah tantangan maupun isu-isu global.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar sendiri, melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar telah menerapkan praktik-praktik pembumian Pancasila di sekolah baik itu melalui kurikulum, program dan kegiatan. Di antaranya, melalui hadirnya kurikulum Anti Radikalisme-Terorisme dan kurikulum Anti Korupsi untuk SMA, SMK SLB.

M Ikhsan mengatakan, lingkungan sekolah di Jabar diharapkan terus berinovasi untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan. Agar, pelajar di Jabar dapat mengimplementasikan tanpa ada rasa terpaksa, melainkan hadir atas keinginan sendiri.

"Sebenarnya hampir semua yang sudah diterapkan di Jabar itu saya berharap bisa diterapkan juga di provinsi provinsi lain. Apa yang sudah dipaparkan dari Pak Kadisdik itu membuat kami semakin percaya kalau itu diterapkan di seluruh provinsi indonesia akan lebih baik lagi," ujar M Ihsan, beberapa waktu lalu.

Ihsan mengatakan, dengan menumbuhkan nilai-nilai Kebangsaan mulai di bangku sekolah maka tantangan maupun isu isu global dapat diantisipasi sejak dini. Terlebih, dengan kemajuan teknologi dewasa ini informasi begitu kian mudah diakses.

Karena, kata dia, kalau nilai-nilai kebangsaan itu tidak ditanamkan sejak dini, ia menilai akan memperlemah jati diri anak bangsa terhadap nilai yang ada di negaranya sendiri.

"Kita bisa lihat sendiri, mereka lebih menggemari budaya-budaya asing," katanya.

Karena itu, Ihsan mengapresiasi, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Dedi Supandi yang telah mengimplementasikan tentang wawasan kebangsaan itu ada sektor pendidikan di Jawa Barat. Diketahui, Dedi Supandi sendiri merupakan salah satu alumni Taplai Lemhannas RI Angkatan III Virtual 2022.

"Semoga ke depan apa yang sudah beliau sampaikan di Jabar khususnya kepada lingkungan sekolah di Jabar bisa memperkuat lagi kaitan dengan cara penyampaiannya, bobot materinya, dan sebagainya. Sehingga apa yang sudah diterapkan bisa menjadi lebih baik lagi," kata Ihsan.

Sedangkan menurut Kadisdik Jabar Dedi Supandi, pada 2045 mendatang, Indonesia memasuki generasi emas, maka pada momen itu peran dari siswa maupun siswi, khususnya yang kini duduk di bangku SMA, SMK dan SLB akan sangat sangat dibutuhkan. Namun dibalik itu, ada sejumlah tantangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila pada era digitalisasi ini.

Selain terkait intoleransi, kata dia, radikalisme dan terorisme, tingkat kesopanan netizen yang hari ini kita paling terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian.

"Di mana banyak informasi hoaks yang sulit dibendung, juga tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," kata Dedi Supandi.

Karena itu, menurut Dedi, pihaknya sudah menerapkan kurikulum Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme dan kurikulum Anti Korupsi. Serta membentuk sekolah sekolah toleran, yang di dalamnya diajarkan kepada siswa dan siswi agar mampu memilah berita hoaks.

Termasuk dengan menggulirkan program Tujuh Harkat. Tujuh Harkat ini dikemas dengan tema-tema praktek baik yang setiap hari berbeda. Hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu, diisi dengan praktik baik khas.

"Misalnya di hari Senin, kita membuat lebih kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional jumlah tentang agama dan termasuk bagaimana menghargai orang tua,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement