Kamis 06 Oct 2022 08:43 WIB

SKK Migas: Proyek LNG Tangguh Train III Beroperasi 2023

SKK Migas menyebut operator Tangguh sedang rampungkan persiapan onstream

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proyek LNG Tangguh Train III mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun depan. Kepala SKK Migas Dwi Sucipto menjelaskan saat ini BP Berau sebagai operator Tangguh sedang merampungkan persiapan onstream.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proyek LNG Tangguh Train III mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun depan. Kepala SKK Migas Dwi Sucipto menjelaskan saat ini BP Berau sebagai operator Tangguh sedang merampungkan persiapan onstream.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proyek LNG Tangguh Train III mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun depan. Kepala SKK Migas Dwi Sucipto menjelaskan saat ini BP Berau sebagai operator Tangguh sedang merampungkan persiapan onstream.

"Tangguh Train III Insyaallah Kuartal I 2023," ungkap Dwi, Rabu (5/10).

Proyek LNG Tangguh Train III yang digarap oleh BP ini merupakan salah satu sumber LNG terbesar di Indonesia saat ini. BP mengolah lapangan gas di Wiriagar, Berau dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat. Saat ini, LNG Tangguh sendiri sudah tercatat memproduksi 1.312 MMSCFD gas.

Proyek Tangguh Train III ini akan membuat Indonesia menjadi salah satu player gas terbesar di Asia Tenggara. Sebab, Indonesia memiliki potensi cukup besar dari sektor gas bumi. Sebelumnya, Proyek Jambaran Tiung Biru dengan kapasitas produksi sales gas sebesar 192 MMSCFD milik Pertamina EP telah mengalirkan gas perdana pada September lalu.

Selain itu, Proyek Abadi Masela juga dipastikan masih berjalan dengan estimasi produksi 9,5 juta ton per tahun.

Dwi menyatakan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) juga berpotensi menambah produksi gas Indonesia."Kita punya IDD yang di Cekungan Kutai, sekitar 800 MMSCFD. Akhir tahun ini sudah ada kejelasan siapa yang akan kembangkan," pungkas Dwi.

Infrastruktur gas

Dwi juga menilai salah satu kunci masifnya pengembangan potensi lapangan gas di Indonesia adalah kesiapan infrastruktur. Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan dengan infrastruktur yang siap maka investor tak ragu untuk melakukan pengembangan lapangan gas.

Ia menjelaskan dengan adanya infrastruktur gas maka dapat mengalirkan potensi gas yang ada. Kata Dwi, berbeda dengan minyak yang dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dengan mudah, gas bumi membutuhkan dukungan infrastruktur.

"Oleh karena itu Indonesia membutuhkan infrastruktur di gas supaya bisa mobile," kata Dwi.

Apalagi saat ini masih ada daerah di Indonesia yang sebenarnya defisit gas namun dengan demand gas yang besar. Karena belum tersambungnya infrastruktur gas ini maka perlu adanya dukungan pembangunan infrastruktur gas yang masif.

"Oleh karena itu pipa dari Semarang ke Cirebon, pipa dari Dumai ke Sei Mangkei harus sesegera mungkin," tambah Dwi.

Dwi mengungkapkan, jika gas bumi dapat dioptimalkan maka akan mendorong pengembangan industri.

Selain itu, dalam masa transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE), gas bumi menjadi sumber energi andalan. "Indonesia beruntung karena potensi-potensi ke depan lebih banyak gas," pungkas Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement