Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Tragedi Kanjuruhan Harus Dievaluasi Bersama

Olahraga | Friday, 07 Oct 2022, 02:09 WIB

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkan-nya barang sesaat-pun dan tidak dapat (pula) memajukan-nya,” (QS Al A’raf: 34)

Ajal akan menyapa kita semua. Entah kita siap atau tidak. Tak peduli apa yang sedang kita lakukan. Malaikat maut akan datang menjemput saat waktunya tiba. Yang harus kita perhatikan sedang apakah kita saat dijemput malaikat maut nanti.

Tragedi Kanjuruhan

Sungguh sedih tiada tara melihat pemandangan malam 1 Oktober 2022 di stadion Kanjuruhan. Seratus lebih orang meninggal dunia, seratusan lainnya terluka, puluhan terluka berat. Dunia internasional pun ikut bersimpati atas tragedi ini.

Siapa yang mengira suka cita berubah jadi duka? Yel penyemangat berubah menjadi jeritan tangis. Ada yang menyalahkan suporter karena dianggap berbuat anarkis tak terima pemainnya kalah dalam pertandingan. Ada pula yang menyalahkan pihak aparat kepolisian yang menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa. Yang lain menyalahkan pihak penyelenggara yang menampung penonton melebihi kuota yang seharusnya, juga jadwal yang diperkirakan tidak kondusif.

Semua saling lempar tanggungjawab, tak ingin disalahkan. Walau semua pihak akhirnya mendapatkan hukuman. Mulai dari larangan menyelenggarakan pertandingan dengan penonton tuan rumah dan harus jauh dari homebase Malang untuk Arema FC, sampai dinonaktifkannya Kapolres Malang dan sembilan anggota Brimob. Satu yang pasti, korban nyata berjatuhan, keluarga sedih karena kehilangan.

Fanatisme dan Represif Petugas

Cinta mati pada pemain klub kesayangan hadir di olahraga sepakbola. Walau dalam permainan kalah dan menang pasti terjadi. Tapi, cinta mati ini menimbulkan reaksi fanatisme. Marah, emosi, tidak terima hingga diekspresikan dengan perusakan fasilitas umum jika klub kesayangannya kalah. Juga bahagia berlebihan kala menang.

Dengan dalil pertahanan diri dari fanatisme suporter, oknum petugas keamanan pun merasa benar melakukan kekerasan seperti memukul, hingga menembakkan gas air mata ke dalam kerumunan. Padahal, penggunaan gas air mata tidak disarankan apalagi kondisi stadion masih penuh orang dan tertutup dari luar. Mengapa tidak menggunakan water Canon?

Wajar jika akhirnya banyak yang panik karena melihat gas, ditambah dengan reaksi dari gas air mata yang membuat sesak nafas, iritasi mata dan tenggorokan. Bayangkan ini terjadi pula pada anak-anak. Hingga akhirnya kita dapati data bayi meninggal pada tragedi ini. Tentu pihak kepolisian harus melakukan evaluasi. Yang katanya pihak penjaga keamanan rakyat ini harus lebih menahan diri dan emosinya dalam menghadapi masyarakat termasuk massa suporter.

Bukan hanya suporter dan kepolisian, ini juga tanggungjawab negara. Tragedi ini menjadi bukti negara gagal menjaga nyawa dan rasa aman rakyat juga nyaman saat menyaksikan pertandingan olahraga sepakbola. Bukan hanya minta maaf tapi solusi hakiki agar tidak terjadi lagi tragedi selanjutnya.

Islam dan Olahraga

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim tentu kita harus tahu apa pandangan islam tentang olahraga. Rasulullah saw pernah bersabda, "Mukmin yang kuat lebih Allah sukai dari pada mukmin yang lemah. Dan dari keduanya ada kebaikan." (HR. Muslim)

Dari hadist di atas tentu olahraga menjadi salah satu jalan untuk menjaga kesehatan dan kekuatan. Agar bisa optimal dalam beramal sholeh. Sebagaimana Rasulullah diriwayatkan pernah berlari bersama istrinya, Aisyah. Beliau saw juga pernah bergulat dengan laki-laki kuat di masanya, Rukanah, dan menang melawannya juga anaknya.

Betul, Islam membolehkan olahraga, namun Islam melarang permainan yang sia-sia apalagi ada pelanggaran hukum syara di dalamnya. Syekh Abu Bakar Al-Jazairi dalam karyanya Minhajul Muslim halaman 315 berkata, "Bermain sepak bola boleh dilakukan, dengan syarat meniatkannya untuk kekuatan daya tahan tubuh, tidak membuka aurat (bagian paha dan lainnya), serta si pemain tidak menjadikan permainan tersebut dengan alasan untuk menunda shalat. Selain itu, permainan tersebut harus bersih dari gaya hidup glamor yang berlebihan, perkataan buruk dan ucapan sia-sia, seperti celaan, cacian, dan sebagainya."

Islam mendorong umat untuk produktif di dunia dan akhirat juga menebar manfaat bagi orang lain. Misalnya belajar, mengkaji ilmu agama, Tsaqofah islam, sharing atau berdakwah pada orang lain, dan berjihad di jalan Allah. Negara pun akan mendukung menjadikan olahraga sebagai pendukung ibadah. Baik itu dengan pengadaan fasilitas yang aman dan memadai, juga dengan sistem olahraga yang membuat rasa aman juga menjaga nyawa umat. Aparat kepolisian diturunkan oleh negara demi mencapai hal ini.

Walau menonton olahraga, termasuk sepakbola dibolehkan oleh islam. Tapi, Islam melarang fanatisme terhadap kelompok atau ashobiyah. Rasulullah saw. bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR Abu Dawud )

Rasulullah saw selalu mengajarkan tidak ada bedanya manusia di hadapan Allah swt. Semua sama, yang membedakannya bukan warna kulit, jenis kelamin, asal klub, atau asal daerah, tapi ketakwaannya pada Allah swt. Berbeda bukan jadi dalil untuk saling mencaci dan mencela, tapi perbedaan ini Alah sampaikan agar kita saling mengenal. Sebagaimana firman Allah yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (TQS. Al Hujurat: 13)

Tragedi Kanjuruhan membuat kita kembali mengevaluasi tentang tujuan olahraga, kenyataan bahwa semua pihak harus terlibat menggapai tujuan itu dan kenyataan bahwa tak layak seratus lebuh nyawa menjadi korban dalam menonton olahraga sepakbola.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image