Selasa 11 Oct 2022 12:48 WIB

Pemimpin Taiwan: Konflik Bersenjata dengan China Bukan Pilihan

Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen berkomitmen tingkatkan pertahanan Taiwan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan ini, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berbicara di depan gambar jet tempur F16 Taiwan di pangkalan udara di Hualien di Taiwan timur pada Selasa, 6 September 2022.
Foto: Taiwan Presidential Office via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan ini, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berbicara di depan gambar jet tempur F16 Taiwan di pangkalan udara di Hualien di Taiwan timur pada Selasa, 6 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI - Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen pada Senin (10/10/2022) mengatakan bahwa dia berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Taiwan. Akan tetapi konfrontasi bersenjata dengan China sama sekali bukan pilihan meskipun ketegangan meningkat di antara keduanya.

Dalam pidato untuk menandai peringatan 111 tahun berdirinya Republik China, sebagaimana Taiwan menyebut dirinya, Tsai mengatakan pemerintahannya bersedia bekerja dengan Beijing dan yang mereka butuhkan adalah rasa saling menghormati.

Baca Juga

Pernyataan Tsai yang menyerukan dialog berdasarkan rasionalitas dan kesetaraan itu disampaikan saat hubungan Taiwan dan China semakin tegang sejak kunjungan tingkat tinggi Ketua DPR Amerika Serikat Nany Pelosi ke Taiwan pada Agustus. Militer China mengadakan latihan besar di dekat selat Taiwan sesudah kunjungan Pelosi.

"Saya ingin menjelaskan kepada pihak berwenang Beijing bahwa mempersenjatai konfrontasi sama sekali bukan pilihan bagi kedua belah pihak," kata Tsai. Pernyataan itu diungkapkan menjelang pembukaan kongres Partai Komunis China, yang diadakan lima tahun sekali, pada Ahad (16/10/2022).

Pada Kongres Partai Komunis China, Xi Jinping secara umum diperkirakan akan memenangkan masa jabatan presiden selama lima tahun untuk ketiga kalinya, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Hanya dengan menghormati komitmen rakyat Taiwan terhadap kedaulatan, demokrasi, dan kebebasan, maka akan ada dasar untuk melanjutkan interaksi konstruktif di Selat Taiwan," ujar Tsai.

Dia juga mengatakan sangat disesalkan bahwa tindakan Beijing baru-baru ini telah mengancam status quo perdamaian dan stabilitas di kawasan itu. Meskipun ada beberapa pandangan yang berbeda tentang China di tengah masyarakat Taiwan, konsensus terluas di antara warga dan partai politik di pulau itu adalah bahwa kedaulatan dan cara hidup yang bebas dan demokratis harus dipertahankan.

"Pada titik ini, kami tidak memiliki ruang untuk kompromi," kata Tsai.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement