Rabu 12 Oct 2022 21:00 WIB

Sembilan Kecamatan di Garut Berpotensi Terjadi Banjir

Potensi kejadian bencana di Kabupaten Garut pada Oktober itu cukup tinggi.

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, meninjau secara langsung kondisi terkini lokasi bencana di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jumat (23/9/2022).
Foto: diskominfo Garut
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, meninjau secara langsung kondisi terkini lokasi bencana di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jumat (23/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut mengeluarkan imbauan resmi terkait potensi bencana banjir dan tanah longsor selama Oktober 2022. Melalui surat imbauan itu, para camat di Kabupaten Garut diminta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satria Budi, mengatakan, surat imbauan resmi itu merupakan tindak lanjut dari surat Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat (Jabar) per 3 Oktober 2022. Kendati demikian, imbauan itu bukan berarti Pemkab Garut telah menetapkan status siaga darurat bencana.

Baca Juga

"Kami belum siaga darurat. Itu hanya berupa imbauan sambil menunggu informasi lanjutan dari BMKG," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Rabu (12/10/2022).

Ia menjelaskan, potensi kejadian bencana di Kabupaten Garut pada Oktober itu cukup tinggi. Apalagi, hujan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Garut.

Dalam dalam lampiran surat yang diterbitkan oleh BPBD Provinsi Jabar, sembilan kecamatan di Kabupaten Garut memiliki potensi banjir yang tinggi. Sembilan kecamatan itu adalah Banjarwangi, Caringin, Cibalong, Cikajang, Cikelet, Cisompet, Pakenjeng, Pameungpeuk, dan Singajaya.

Selain itu, seluruh kecamatan di Kabupaten Garut juga memiliki potensi gerakan tanah menengah hingga tingga. Karena itu, diperlukan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan guna meminimalisir dampak ancaman banjir dan gerakan tanah yang mungkin timbul.

Budi menambahkan, para camat juga diimbau agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana. Para camat juga diminta selalu melakukan monitoring informasi peringatan dini cuaca, menyiapkan tempat evakuasi, serta memberlakukan piket secara berkala di pos siaga bencana hidrometeorologi di wilayah masing-masing.

"Kami saat ini buat posko-posko di kecamatan untuk memudahkan koordinasi," kata dia.

Sementara di Kota Tasikmalaya, BPBD telah memberikan imbauan kepada masyarakat untuk selalu waspada, setidaknya hingga tiga hari ke depan. Pasalnya, kondisi cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di daerah itu hingga 14 Oktober.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, mengatakan, pihaknya juga akan terus memantau potensi kebencanaan di Kota Tasikmalaya. Apalagi, dalam dalam beberapa waktu ke belakang terjadi banyak bencana di Kota Tasikmalaya.

"Tasikmalaya tidak lepas dari potensi bencana hidrometeorologi. Kami terus mengimbau warga untuk tetap waspada. Kami juga akan melakukan pemantauan secara berkala, khususnya terkait ketinggian air sungai," kata Ucu.

Berdasarkan data BPBD Kota Tasikmalaya, terdapat 22 kejadian bencana yang terjadi selama September 2022. Sebanyak 17 kejadian rumah rusak dan pohon akibat cuaca ekstrem, empat kebakaran, tiga longsor, dan dua kali banjir.

Meski bencana banjir hanya terjadi dua kali, jumlah warga yang terdampak mencapai 816 kepala keluarga atau 3.290 jiwa. Banjir itu juga mengakibatkan 858 unit rumah terdampak.

Sebelumnya, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, mengatakan, saat ini wilayah Jabar telah memasuki musim hujan. Bukan hanya wilayah Jabar, cuaca ekstrem juga disebut juga terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. "Kami lagi siaga satu sambil menyiapkan kontigensi kalau ada bencana," kata dia di Kota Tasikmalaya, Sabtu (8/10/2022).

Ia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan selalu berhati-hati menghadapi cuaca ekstrem. Masyarakat diminta tidak mendekati wilayah dekat sumber bencana hidrometeorologi, seperti sungai. "Imbauan waspada dan selalu hati-hati. Jangan sampai ada kejadian kayak sekolah roboh kemarin," kata dia.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem di Indonesia masih berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan. BMKG juga telah mengeluarkan rilis potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia masih cukup signifikan hingga 15 Oktober 2022. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement