Selasa 18 Oct 2022 05:30 WIB

Pasien Demam Berdarah Dengue Berisiko Alami Lelah Berkepanjangan

Pasien Demam Berdarah Dengue infeksi berat punya risiko lelah berkepanjangan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangungkusumo, Erni Juwita Nelwan, mengatakan ada risiko lelah berkepanjangan pada pasien demam berdarah dengue dengan infeksi yang berat.

"Ada gejala-gejala yang muncul akibat infeksi demam berdarah yang berat. Maka ada fase pemulihan yang berjalan perlahan sehingga menimbulkan gejala rasa lelah yang berkepanjangan," kata dia dalam sebuah diskusi media secara daring, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

Studi dari peneliti di Malaysia dalam The American Society of Tropical Medicine and Hygiene menunjukkan kelelahan yang mengakibatkan penurunan kapasitas untuk bekerja umumnya terjadi selama tahap akut demam berdarah. Kelelahan ini dapat bertahan selama beberapa minggu setelah pemulihan.

Demam berdarah menyebabkan demam tinggi yakni 40 derajat Celcius disertai gejala seperti sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi; mual dan muntah, sakit di belakang mata dan muncul ruam di kulit. Kebanyakan pasien dapat pulih dalam waktu seminggu atau lebih. Namun dalam beberapa kasus, gejala bisa memburuk dan dapat mengancam jiwa dan ini disebut demam berdarah parah, demam berdarah dengue, atau sindrom syok dengue.

Demam berdarah yang parah terjadi ketika pembuluh darah pasien menjadi rusak dan bocor dan jumlah trombosit dalam aliran darah turun. Kondisi ini ditandai dengan adanya sakit perut parah, muntah terus-menerus, pendarahan dari gusi atau hidung, ada darah dalam urine, tinja, atau muntah, adanya perdarahan di bawah kulit yang mungkin terlihat seperti memar, pernapasan yang sulit atau cepat dan kelelahan.

Erni mengatakan pada pasien dengan kondisi komorbid seperti diabetes, darah tinggi, dan asma dapat mengalami perjalanan penyakit yang lebih berisiko dibandingkan pasien tanpa penyakit penyerta. "Ada komorbid maka bisa membuat dokter yang merawat akan lebih deg-degan dan harus berhati-hati dalam memantau sehari-hari pemberian cairan, perdarahan, gejalanya," kata dia.

Hingga saat ini tidak ada obat untuk demam berdarah termasuk antivirus. Dokter biasanya akan memberikan pengobatan sesuai gejala semisal memberikan cairan cukup apabila tekanan darah pasien turun, mengatasi perdarahan yang terjadi, dan memberikan obat-obatan simtomatik sampai pasien bisa pulih.

"Angka kesakitan tinggi menyebabkan orang harus dirawat di rumah sakit. Akan sulit bekerja dengan suhu yang tinggi. Atau saat kondisinya membaik, tetapi lemas sekali karena tensinya terlalu rendah," tutur Erni.

Terkait pencegahan kondisi menjadi lebih berat, saat ini tersedia vaksin dengue yang dapat diberikan pada usia hingga dewasa tanpa harus terlebih dulu memeriksakan kadar antibodi. Vaksin ini nantinya merangsang antibodi untuk mengenali virus.

"Sehingga lebih cepat mengatasi penyakitnya. Vaksin tidak membuat kebal tetapi membuat sakit menjadi lebih ringan. Dengan memberikan vaksinasi, kita harapkan kejadian infeksi yang menjadi berat akan turun," kata Erni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement