Jumat 21 Oct 2022 08:57 WIB

Laporan PBB Tunjukan Black Sea Grain Initiative Bawa Harapan

Inisiatif ini membuat aktivitas pelabuhan di Ukraina dan pengiriman gandum meningkat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sebuah kapal dengan pejabat Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB menuju ke kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, untuk memeriksa apakah pengiriman biji-bijian sesuai dengan kesepakatan penting yang ditandatangani bulan lalu oleh Moskow dan Kyiv, di area inspeksi di Black Laut lepas pantai Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan pada Kamis (20/10/2022), bahwa kesepakatan Istanbul untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina telah menawarkan harapan.
Foto: AP/Emrah Gurel
Sebuah kapal dengan pejabat Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB menuju ke kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, untuk memeriksa apakah pengiriman biji-bijian sesuai dengan kesepakatan penting yang ditandatangani bulan lalu oleh Moskow dan Kyiv, di area inspeksi di Black Laut lepas pantai Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan pada Kamis (20/10/2022), bahwa kesepakatan Istanbul untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina telah menawarkan harapan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan pada Kamis (20/10/2022), bahwa kesepakatan Istanbul untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina telah menawarkan harapan. Black Sea Grain Initiative yang akan berakhir pada November itu telah menunjukkan kekuatan perdagangan di saat krisis.

Turkiye, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul pada 22 Juli untuk melanjutkan ekspor gandum dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yang sebelumnya dihentikan sementara setelah dimulainya perang Rusia-Ukraina pada Februari.

Baca Juga

"Pembaruan inisiatif yang dipimpin PBB sangat penting untuk terus mendorong harga pangan global turun dan memastikan keamanan pangan di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang," ujar Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) yang menerbitkan laporan tersebut.

UNCTAD mengatakan, inisiatif tersebut telah membuat aktivitas pelabuhan di Ukraina meningkat dan pengiriman biji-bijian dalam jumlah besar mencapai pasar dunia. Hitungan per 19 Oktober menunjukan, hampir delapan juta metrik ton biji-bijian dan bahan makanan lainnya telah diekspor.

"Inisiatif yang dipimpin PBB telah membantu menstabilkan dan kemudian menurunkan harga pangan global dan memindahkan biji-bijian yang berharga dari salah satu keranjang roti dunia ke meja mereka yang membutuhkan," kata laporan itu.

Indeks Harga Pangan yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB telah menunjukkan, harga bahan pangan global telah menurun dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan sekitar 8,6 persen pada Juli, 1,9 persen pada Agustus, dan 1,1 persen pada September.

Tapi dengan inisiatif yang berakhir pada November dan pembaruannya tidak pasti, harga komoditas, seperti gandum dan jagung telah kembali naik lagi. Laporan itu memperingatkan, tanpa inisiatif, ada sedikit harapan untuk menyediakan ketahanan pangan, terutama di negara berkembang dan kurang berkembang.

UNCTAD mengatakan, koridor gandum yang berharga ditutup setelah Rusia melancarkan perangnya terhadap Ukraina. “Ada sedikit pemulihan di minggu-minggu berikutnya, tetapi keberangkatan pelabuhan tetap jauh di bawah level 2021. Setelah penandatanganan inisiatif yang dipimpin PBB, ada peningkatan keberangkatan kapal secara bertahap,” kata laporan itu.

"Sementara pengiriman masih sekitar 40 persen hingga 50 persen di bawah periode sebelum perang, trennya berada di arah yang benar," ujar laporan UNCTAD.

Tonase mingguan biji-bijian yang dikirim di bawah inisiatif ini mencapai 1,2 juta ton pada September. Jumlah ini masih di bawah level 2021, tetapi menurut UNCTAD, kesenjangannya tertutup.

"Inisiatif ini membuka kembali gerbang gandum Ukraina ke dunia, dan khususnya ke negara-negara berkembang," kata laporan itu.

Jagung dan gandum menyumbang lebih dari 70 persen dari delapan juta ton biji-bijian dari pelabuhan Ukraina di bawah inisiatif. Hampir 20 persen dari ekspor gandum telah pergi ke negara-negara kurang berkembang (LDC) dengan populasi yang rentan.

Inisiatif ini menggandakan gandum yang dikirim ke LDC antara Agustus dan September, sekitar setengah juta ton. Namun ekspor gandum ke LDC antara Januari dan September 2022 berjumlah kurang dari satu juta ton.

Sebelum laporan PBB itu dirilis, Duta Besar Rusia untuk PBB di Jenewa Gennady Gatilov mengatakan, perpanjangan kesepakatan tergantung pada memastikan implementasi penuh dari semua kesepakatan yang dicapai sebelumnya. "Otoritas Rusia relatif akan sangat serius mempertimbangkan masa depan perpanjangan Kesepakatan Gandum ini," ujarnya dikutip dari Anadolu Agency.

Gatilov mengklaim, 55,5 persen dari kargo dikirim ke negara-negara kaya yang berkembang secara finansial dan 52,5 persen ke negara-negara maju. "Selain itu, 22 persen negara yang ekonominya di atas rata-rata, tidak miskin, dan hanya 23 persen gandum, jagung, dan bahan makanan lainnya ditujukan untuk negara miskin," ujarnya.

Utusan Rusia itu mengatakan, Program Pangan Dunia telah membeli hanya 2,5 persen dari pasokan makanan untuk operasinya di Afghanistan, Djibouti, Ethiopia, Yaman, dan Somalia. "Oleh karena itu, tesis Barat bahwa koridor kemanusiaan Laut Hitam dengan Green Deal menyelamatkan dunia dari kelaparan tidak lain adalah kemunafikan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement