Jumat 21 Oct 2022 13:52 WIB

Menko Mahfud MD Tegaskan tak Ada Islamofobia di Indonesia

Menurut Mahfud, tidak pernah terjadi islamofobia di Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menko Polhukam Mahfud MD.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Menko Polhukam Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Ppolhukam) Mahfud MD menegaskan, tidak ada rasa takut yang berlebihan terhadap Islam maupun penganut Islam di Indonesia. "Karena tidak ada islamofobia di negara ini yang dilakukan oleh negara," kata Mahfud dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2022 Halaqah Kebangsaan bertema 'Ideologi Negara Ideologi Santri' di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).

Bahkan, lanjut Mahfud, keberadaan para santri pun diakui oleh pemerintah dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. "Tidak ada juga rasa malu untuk mengaku Muslim. Kalau dulu, rasanya kalau Muslim itu malu-malu, dianggap kampungan; sekarang tidak, karena juga tidak ada islamofobia. Para santri tidak kalah prestasinya dengan orang-orang bukan santri," jelasnya.

Menurut eks ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, pergerakan mobilitas vertikal para santri di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa tidak pernah terjadi islamofobia di Indonesia. "Itu semua membantah tudingan bahwa di Indonesia terjadi islamofobia. Kaum santri bisa melesat melalui mobilitas vertikal yang lebih cepat justru karena tidak ada islamofobia di negeri ini," ucap Mahfud.

Dia menjelaskan, islamofobia hanya terjadi di masyarakat secara perseorangan atau mengejek kaum santri sebagai kaum terbelakang. Jika hal tersebut terjadi secara perorangan, menurut Mahfud, maka terdapat pula fobia terhadap agama lain.

"Kalau terjadi di masyarakat, maka di masyarakat juga ada budhafobia, ada kristenfobia, ada hindufobia,bukan hanya islamofobia kalau tingkah laku perorangan di masyarakat, tapi negara dan bangsa ini tidak punya islamofobia sama sekali," kata Mahfud.

Dia menuturkan saat ini kaum santri mengalami kemajuan luar biasa dan sudah mengalami mobilitas sosial vertikal naik yang luar biasa. "Ada yang sudah jadi presiden, wakil presiden, masuk ke berbagai profesi menjadi saudagar, pejabat, akademisi, pimpinan ormas, politikus, gubernur, bupati, wali kota, dan bahkan ada yang sastrawan, seniman yang sangat berpengaruh di Indonesia," ujar Mahfud.

Bahkan, kata Mahfud, dalam kehidupan sehari-hari sudah hidup budaya santri dan islami, seperti kebiasaan berpakaian di kampus besar, seperti UI, ITB, dan UGM. Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin pun sering mengundang santri untuk berselawat di Istana Negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement