Sabtu 22 Oct 2022 00:54 WIB

DPRD DIY Minta Sosialisasi Gagal Ginjal Akut Dimasifkan

Dinkes harus segera memberi penjelasan agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Hiru Muhammad
Kepala Biro Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan (dari kiri ke kanan), Koordinator Pelayanan Medis RSUP Dr Sardjito Purjanto Tepo Utomo, dan Pakar Neurologi Anak RSUP Dr Sardjito Retno Palupi berbincang sebelum memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kepala Biro Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan (dari kiri ke kanan), Koordinator Pelayanan Medis RSUP Dr Sardjito Purjanto Tepo Utomo, dan Pakar Neurologi Anak RSUP Dr Sardjito Retno Palupi berbincang sebelum memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DPRD DIY meminta pemerintah daerah (pemda) dalam hal ini dinas kesehatan (dinkes) untuk memasifkan sosialisasi terkait gagal ginjal akut misterius. Hal ini dilakukan tidak terjadi kesimpangsiuran informasi di masyarakat.

"Dinas Kesehatan DIY harus segera melakukan sosialisasi agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi di masyarakat dan timbul kepanikan di masyarakat," kata anggota Komisi D DPRD DIY, Stevanus C. Handoko, Jumat (21/10/2022).

Baca Juga

Stevanus menegaskan agar ada perlu tindakan yang terukur, tepat dan cepat dari pemerintah terkait gagal ginjal akut misterius ini. Pasalnya, saat ini sudah tercatat 13 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di DIY.

Dari belasan kasus tersebut, enam kasus dilaporkan meninggal dunia. "Kita semua berharap korban yang diduga akibat gagal ginjal tidak bertambah. Kita semua khawatir terhadap keselamatan anak-anak kita di DIY," ujar Stevanus.

Untuk itu, katanya, sosialisasi harus dilakukan kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan dengan tujuan menginformasikan hal-hal yang dapat dilakukan masyarakat terkait dengan kewaspadaan terhadap gagal ginjal akut misterius ini.

"Dinkes diharapkan secara masif menginformasikan langkah-langkah preventif maupun langkah strategis lainnya yang harus dilakukan bagi anak-anak yang saat ini sakit, dan membutuhkan obat-obat, yang saat ini dilarang untuk digunakan seperti obat batuk sirup," jelasnya.

Kemenkes, katanya, juga sudah merilis tiga zat kimia berbahaya dalam sampel obat sirop yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut misterius pada anak. Zat tersebut yakni etilen glikol atau ethylene glycol (EG), dietilen glikol atau diethylene glycol (DEG), dan etilen glikol butil eter atau ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Informasi ini, katanya, juga harus disampaikan kepada masyarakat secara masif agar waspada terhadap zat-zat tersebut. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tidak membeli maupun memberikan obat kepada anak tanpa rekomendasi dari tenaga kesehatan.

"Dinkes DIY harus segera menyampaikan secara luas kepada warga DIY segera mungkin agar tidak menimbulkan korban jiwa kembali," tambah Stevanus.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement