Selasa 25 Oct 2022 17:23 WIB

Pemerintah Optimistis Pembangunan Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Cepat

Provinsi DKI Jakarta telah mengoperasikan bus listrik.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Warga bersiap menaiki Bus Listrik Transjakarta di Terminal Blok M, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Warga bersiap menaiki Bus Listrik Transjakarta di Terminal Blok M, Jakarta, Selasa (20/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 tidak akan tercapai tanpa ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Untuk mencapainya, perlu dukungan pemerintah dan swasta berupa insentif fiskal dan nonfiskal, dukungan riset agar komponen EV dapat menjadi produk domestik dengan harga kompetitif, juga dukungan sektor keuangan baik bank maupun non-bank untuk memberikan produk-produk pembiayaan.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, Indonesia tengah memacu penggunaan teknologi zero emission, khususnya kendaraan listrik menuju green mobility. "Ini searah dengan target net zero emission 2060 sesuai dengan komitmen Indonesia dalam COP26 (perubahan iklim)," kata Agus dalam Tempo Energi Day 2022 sesi II bertajuk Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik, dilansir pada Selasa (25/10/2022).

Baca Juga

Agus menjelaskan, saat ini terdapat 4 perusahaan bus listrik, 3 perusahaan mobil listrik, serta 35 perusahaan roda dua dan roda tiga listrik dengan total investasi 1,872 triliun. "Kapasitas produksi mencapai 2.480 unit bus, 14.000 unit mobil listrik, serta 1,04 juta unit untuk kendaraan roda dua atau roda tiga listrik," ujarnya.

Menurutnya, banyak pelaku industri otomotif dan investor baru yang datang ke pihaknya menunjukkan keseriusan untuk berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik termasuk industri produsen baterai EV. Karena itu, Agus optimis pembangunan ekosistem kendaraan listrik akan semakin baik dan cepat.

"Meski kita menyadari ada beberapa tantangan untuk mempercepat pembangunan ekosistem dan popularisasi penggunaan kendaraan listrik nasional, antara lain ketersediaan jaringan charging station, substation, harga kendaraan listrik yang masih lebih mahal, kapasitas baterai yang mempengaruhi jarak tempuh serta kompetensi sumber daya manusia industri itu sendiri," kata Agus.

Karena itu, Agus melanjutkan, pemerintah bersama dengan seluruh pemangku kepentingan akan terus memacu inovasi dan pengembangan SDM, sehingga tantangan tersebut dapat diatasi.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Kebijakan APBN, Wahyu Utomo, mengatakan ada beberapa hal yang melatarbelakangi pentingnya untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Pertama, momitmen Indonesia untuk menuju net zero emission dan mewujudkan ekonomi hijau.

Kedua, bauran energi saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Ketiga, PLN saat ini masih over supply artinya terjadi over kapasitas. Keempat, subsidi energi saat ini sangat tinggi, artinya kalau subsidi energi terhadap fosil tinggi ini akan menghambat pengembangan energi baru terbarukan.

"Nah inilah urgensinya, untuk itu pemerintah sangat mendukung dari sisi fiskal kita sangat mendukung untuk memberikan berbagai insentif kendaraan listrik seperti misalnya ppnbm yang nol persen kemudian bea masuk nol persen. Namun demikian dalam mendukung berbagai insentif itu, kita selaraskan dengan roadmap yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian," kata Wahyu.

Adapun, EVP Pemasaran dan Pengembangan Produk PLN, Hikmat Drajat, mengatakan, kondisi PLN saat ini dari sisi daya atau kemampuan mensuplai sangat memadai. "Jadi tidak perlu ada kekhawatiran di seluruh sistem kelistrikan di Indonesia di Jawa Bali Sumatera Sulawesi dan sebagainya," ujar Hikmat.

Pihaknya pun sudah membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). "Saat ini kurang lebih kami sudah membangun investasi PLN di 150 unit SPKLU dengan berbagai daya kapasitas chargingnya. Kami juga menyiapkan 66 ultra fast charging di Bali, ultra fast charging itu kapasitasnya bayangkan 200KW," kata dia.

Provinsi DKI Jakarta telah mengoperasikan bus listrik. Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transjakarta Yoga Adiwinarto, mengatakan, Transjakarta mengoperasikan bus listrik ini adalah mandat dari Pemprov DKI. "Jadi di tahun 2019 itu Pemprov DKI komitmen 50 persen dari armada Transjakarta itu akan listrik di tahun 2025 dan juga 100 persen di tahun 2030," ujarnya.

Yoga menjelaskan, DKI pun memiliki target NZE di 2050. "Jadi kami telah memulai pengoperasian 30 unit bus listrik, tapi pengoperasiannya di feeder bukan di jalur Transjakartanya".

Direktur Utama PT Wika Industri Manufaktur M. Samyarto, mengatakan sebagai pelopor motor listrik, pihaknya telah memulai perencanaan pengembangan untuk kendaraan listrik ini pada 2017. "Ketika itu ada rencana umum energi nasional saat itu dikeluarkan oleh pemerintah, targetnya tahun 2025 itu sekitar 2,1 juta kendaraan," kata dia.

Kemudian, pertama kali melakukan penjualan pada Desember 2019. Menurutnya, pertumbuhan penjualannya cukup bagis dari tahun ke tahun. "Untuk fasilitas produksi kami, sekarang terpasang sekitar 200 unit perharinya atau sekitar 46.000 untuk kendaraan listrik. Seperti yang disampaikan Pak Menteri Perindustrian kita salah satunya dari kapasitas produksi yang sudah 1,6 juta. Saya berharap memang kendaraan ini terus bisa berkembang," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement