Rabu 26 Oct 2022 03:07 WIB

BRIN: Indonesia Saksikan Gerhana Matahari Hibrida pada 2023

Gerhana terjadi bertepatan dengan konjungsi (ijtimak) akhir Ramadhan 1444 Hijriah.

Red: Friska Yolandha
Gerhana matahari sebagian terlihat melalui awan saat matahari terbit dari garis pantai di Winthrop, Massachusetts, AS, 10 Juni 2021. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia kembali menyaksikan gerhana Matahari hibrida pada 20 April 2023.
Foto: EPA-EFE/CJ GUNTHER
Gerhana matahari sebagian terlihat melalui awan saat matahari terbit dari garis pantai di Winthrop, Massachusetts, AS, 10 Juni 2021. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia kembali menyaksikan gerhana Matahari hibrida pada 20 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia kembali menyaksikan gerhana Matahari hibrida pada 20 April 2023. Gerhana terjadi bertepatan dengan konjungsi (ijtimak) akhir Ramadhan 1444 Hijriah.

"Disebut hibrida karena dalam satu jalur gerhana, terdapat gerhana Matahari total di tempat tertentu dan gerhana Matahari cincin di tempat lainnya," kata peneliti Pusat Sains Antariksa BRIN Andi Pangerang saat dihubungi di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Baca Juga

Andi menuturkan Indonesia hanya akan dilalui jalur gerhana Matahari totalnya saja, sementara jalur gerhana Matahari cincin berada di perairan barat daya Australia dan perairan Pasifik Tengah.

Gerhana Matahari hibrida akan melalui Timor Leste, sebagian Maluku yakni Kepulauan Leti, Kepulauan Damar, Kepulauan Watubela, Papua Barat dan Biak. Sementara daerah lain di Indonesia hanya akan mengalami gerhana Matahari sebagian dengan ketertutupan kurang dari 100 persen. Wilayah Banda Aceh, Sabang, Aceh Besar tidak mengalami gerhana matahari sebagian.

Selain itu, Indonesia dapat menyaksikan gerhana Bulan total pada 8 November 2022 dengan durasi total selama satu jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian+total) selama tiga jam 39 menit 50 detik.

Puncak gerhana Bulan dapat diamati di seluruh Indonesia kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu.

Gerhana Bulan total terjadi ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Itu disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus.

Gerhana bulan total yang dapat teramati di Indonesia untuk satu dekade berikutnya akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.

Selanjutnya, pada 14-15 Desember 2022, Indonesia bisa menyaksikan puncak hujan meteor Geminid. Geminid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Gemini.

Intensitas maksimum hujan meteor tersebut sebesar 120 meteor per jam, sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 46 (Pulau Rote) hingga 63 (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 86 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 107 meteor per jam (Sabang).

Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon. Kelajuan meteor pada Geminid dapat mencapai 126.000 km per jam.

"Meteor Geminid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik. Pengamatan akan tampak lebih jelas ketika cuaca cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya," kata Andi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement