Rabu 26 Oct 2022 11:00 WIB

Rusia: AS dan NATO Berpartisipasi dalam Konflik Ukraina Karena Kirim Senjata

Barat menggunakan Ukraina sebagai alat untuk menahan Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang prajurit Ukraina menembakkan senjata anti-tank NLAW selama latihan dalam Operasi Pasukan Gabungan, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, 15 Februari 2022. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/10/2022) mengatakan, bantuan militer ke Ukraina oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO membuat mereka menjadi ikut berpartisipasi dalam konflik.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Seorang prajurit Ukraina menembakkan senjata anti-tank NLAW selama latihan dalam Operasi Pasukan Gabungan, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, 15 Februari 2022. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/10/2022) mengatakan, bantuan militer ke Ukraina oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO membuat mereka menjadi ikut berpartisipasi dalam konflik.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/10/2022) mengatakan, bantuan militer ke Ukraina oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO membuat mereka menjadi ikut berpartisipasi dalam konflik. Sejak invasi Rusia di Ukraina, negara-negara Barat memasok bantuan militer ke Kiev, dengan tujuan untuk melawan pasukan Moskow.

“Washington dan sekutu NATO-nya meningkatkan pasokan senjata mematikan ke neo-Nazi Ukraina, berbagi data intelijen dengan mereka, merekrut mereka untuk dikirim ke Ukraina. Ini membuat mereka berpartisipasi dalam konflik," kata Lavrov, dilansir Anadolu Agency, Rabu (26/10/2022).

Baca Juga

Lavrov mengatakan, negara-negara Barat menggunakan Ukraina sebagai alat untuk menahan Rusia. Langkah ini sebagai bagian dari rencana untuk membagi Rusia dan Ukraina. Selain itu, Barat juga bekerja untuk memutuskan hubungan spiritual di kalangan gereja Ortodoks.

"Para 'insinyur' geopolitik Barat bekerja tanpa lelah untuk menghancurkan ikatan spiritual Patriarkat Moskow dan gereja-gereja Ortodoks lokal (Ukraina) persaudaraan. Untuk mendiskreditkan dan merendahkan Gereja Ortodoks Rusia, Barat meluncurkan sebuah kampanye yang tidak bermoral. Ada tuntutan bagi kepemimpinan berbagai agama untuk mengutuk tindakan Rusia,” kata Lavrov.

Lavrov mencatat, Rusia dan komunitasnya di luar negeri berada di bawah tekanan. Dia menyatakan, sanksi yang dijatuhkan oleh beberapa negara Barat terhadap Patriark Kirill dari Moskow dan seluruh Rusia adalah bagian dari tekanan.

Menurut Lavrov, upaya untuk mengisolasi Rusia akan gagal karena dunia modern adalah multipolar, bukan berorientasi Barat. Rusia berdiri untuk nilai-nilai tradisional untuk semua agama dan budaya dunia. Rusia akan terus bekerja untuk membangun hubungan internasional berdasarkan hukum internasional dan kejujuran, kebaikan dan keadilan.

"Kami akan terus memperkuat kerja sama yang bermanfaat dengan Gereja Ortodoks Rusia dan pengakuan tradisional lainnya di negara kami, untuk mempromosikan dialog antar-peradaban, antaragama dan antarbudaya untuk kepentingan pembentukan lebih lanjut dari arsitektur polisentris tatanan dunia yang lebih adil dan demokratis," kata Lavrov. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement