Rabu 26 Oct 2022 13:46 WIB

Pasar Komputer Pribadi Lemah, Laba Microsoft Turun 14 Persen

Laba Microsoft turun 14 persen pada Juli-September tahun ini.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Laba Microsoft turun 14 persen pada Juli-September tahun ini.
Foto: AP Photo/Swayne B. Hall
Laba Microsoft turun 14 persen pada Juli-September tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, REDMOND -- Microsoft pada Selasa (25/10/2022) melaporkan penurunan laba 14 persen untuk kuartal Juli-September tahun ini, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Ini mencerminkan pasar yang lemah untuk komputer pribadi yang memengaruhi bisnis Windowsnya.

Perusahaan melaporkan laba bersih kuartalan sebesar 17,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau 2,35 dolar AS per saham (Rp 36.632,- per saham), yang masih sedikit mengalahkan ekspektasi Wall Street meskipun hasil tahun lalu undershooting. Dilansir dari Japan Today, Rabu (26/10/2022), pembuat perangkat lunak yang berbasis di Redmond, Washington membukukan pendapatan 50,1 miliar dolar AS pada kuartal tersebut, naik 11 persen dari tahun lalu, juga mengalahkan ekspektasi.

Baca Juga

Analis memperkirakan Microsoft memperoleh 2,31 dolar AS per saham (Rp 36.030,- per saham) dengan pendapatan 49,7 miliar dolar AS untuk kuartal tersebut. Bisnis komputasi pribadi Microsoft, yang berpusat pada perangkat lunak Windows-nya, secara luas diperkirakan akan terpukul karena ketidakpastian ekonomi seperti inflasi.

Selain itu, banyak konsumen membeli perangkat baru selama pandemi, membantu mengurangi permintaan. Perusahaan mendapatkan pendapatan lisensi dari produsen PC yang menginstal sistem operasi Windows pada produk mereka.

Pengiriman komputer pribadi di seluruh dunia turun hampir 20 persen pada kuartal tersebut dari waktu yang sama tahun lalu, menurut firma riset pasar Gartner, yang mengatakan itu adalah penurunan paling tajam sejak mulai melacak pasar PC pada pertengahan 1990-an.

"Musim penjualan kembali ke sekolah yang mengecewakan untuk komputer baru juga berkontribusi pada penurunan kuartal keempat berturut-turut dari tahun ke tahun," kata Gartner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement