Rabu 26 Oct 2022 16:07 WIB

Berpeluang Jadi Cawapres, Ridwan Kamil: Tergantung Takdir

Emil mengaku masih fokus jalankan tugas sebagai gubernur

Rep: Bayu Adji/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menyapa peserta festival egrang saat Siaran Keliling (Sarling) di Lapang Astana Gede, Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022). Dalam kegiatan tersebut Gubernur mengunjungi Pasar Kawali, bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat Ciamis, dan membuka acara festival egrang serta kaulinan barurdak.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menyapa peserta festival egrang saat Siaran Keliling (Sarling) di Lapang Astana Gede, Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022). Dalam kegiatan tersebut Gubernur mengunjungi Pasar Kawali, bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat Ciamis, dan membuka acara festival egrang serta kaulinan barurdak.

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, merupakan salah satu nama yang hampir selalu dikaitkan dengan pemilihan presiden (pilpres) 2024. Namun, dalam beberapa hasil lembaga survei terbaru, Ridwan Kamil dinilai lebih cocok menjadi calon wakil presiden (cawapres), alih-alih calon presiden (capres).

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menanggapi hasil beberapa lembaga survei itu dengan santai. Ia mengaku saat ini masih fokus bekerja sebagai Gubernur Jabar. Apabila hasil kerja itu diapresiasi dengan elektabilitas yang tinggi, itu dinilai di luar kendalinya.

 

"Poin saya, saya bekerja. Kalau diapresiasi dengan elektabilitas ya alhamdulillah. Masalah maju atau tidak, itu takdir. Yang penting kerja saja," kata dia di Kabupaten Ciamis, Rabu (26/10/2022).

 

Ihwal peluang tinggi untuk maju sebagai cawapres, Emil mengaku tak masalah. Menurut dia, menjadi capres, cawapres, maupun gubernur, merupakan takdir Allah.

 

"Mau jadi gubernur, cawapres, capres, apapun itu, itu mah takdir Allah. Jadi gubernur jilid 2 juga maksimal. Yang penting hidup bermanfaat, krena jabatan hanya sementara," ujar dia.

 

Ia menambahkan, tak ada yang pasti dalam politik. Artinya, hasil survei yang ada saat ini tidak serta merta menentukan hasil akhir.

 

Menurut dia, banyak contoh dari sosok yang tak diperhitungkan dalam survei, tapi justru menang dalam pemilihan. "Banyak cerita, tidak ada survei, tidak ada baliho, tiba-tiba Pak Ma'ruf Aminin jadi Wapres, misalnya. Itu menunjukkan tidak semua dihitung dari hari ini," kata Emil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement