Kamis 27 Oct 2022 13:07 WIB

Pejabat Senior: Rusia Intimidasi Jerman dengan Ancaman Nuklir

Putin mencoba membangkitkan ketakutan, melemahkan dukungan Jerman untuk Ukraina

Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mengintimidasi Jerman dengan ancaman penggunaan senjata nuklir, menurut seorang pejabat senior Jerman.
Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mengintimidasi Jerman dengan ancaman penggunaan senjata nuklir, menurut seorang pejabat senior Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID., BERLIN -- Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mengintimidasi Jerman dengan ancaman penggunaan senjata nuklir, menurut seorang pejabat senior Jerman.

“Dengan ancaman senjata nuklir, dia ingin membidik Jerman,” kata Christoph Heusgen, penasihat kebijakan luar negeri mantan Kanselir Angela Merkel, kepada media lokal.

Heusgen mengatakan Putin berusaha membangkitkan ketakutan dan melemahkan dukungan Berlin untuk Ukraina.

Kekhawatiran atas kemungkinan serangan nuklir oleh Rusia telah berkembang sejak Putin bersumpah untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi negara, sebuah pernyataan yang diambil oleh pengamat sebagai referensi untuk senjata nuklir.

“Kami kembali ke logika Perang Dingin,” tambah Heusgen, yang juga ketua Konferensi Keamanan Munich saat ini, pada pertemuan tingkat tinggi tahunan tentang kebijakan keamanan internasional.

Perang Ukraina telah membuat Jerman meninggalkan kebijakan tradisional dan pasifisme dalam masalah keamanan dan pertahanan.

Jerman telah memberikan bantuan keuangan dan militer ke Ukraina, sementara Kanselir Olaf Scholz telah berjanji untuk membantu membangun kembali tentara Ukraina.

Scholz juga membatalkan kebijakan Berlin selama puluhan tahun terhadap Rusia dan berjanji untuk mengakhiri ketergantungan energinya pada Moskow.

Heusgen menekankan kepada AS bahwa Moskow akan menghadapi konsekuensi bencana karena menggunakan senjata nuklir.

“Saya tidak dapat membayangkan bahwa ada jenderal Rusia yang ingin bunuh diri saat akan menerapkan perintah seperti itu,” tutur dia.

Selain itu, Putin tidak menginginkan isolasi global sepenuhnya, tutur dia, seraya menambahkan bahwa China tidak akan mengizinkan penggunaan senjata nuklir.

Kemungkinan keanggotaan Ukraina di NATO

Mengenai kemungkinan keanggotaan Ukraina di NATO, Heusgen mengungkapkan bahwa mantan pemimpin Jerman Merkel memveto gagasan itu pada 2008.

Namun, dia mengatakan situasi telah berubah setelah “pelanggaran hukum internasional” oleh Putin.

“Kami harus memikirkan jaminan apa yang bisa kami berikan kepada Ukraina. Tapi saya pikir kita seharusnya tidak lagi mengesampingkan keanggotaan NATO untuk Ukraina,” tukas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement