Kamis 27 Oct 2022 13:17 WIB

Revitalisasi Industri Gula Nasional, Langkah Erick Thohir Dinilai Jaga Ketahanan Pangan RI

Peluang Indonesia menjadi pusat produksi gula sangat besar.

Red: Muhammad Hafil
Menteri BUMN Erick Thohir dan Dirut Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani melakukan kick off revitalisasi industri gula nasional di Mojokerto, Jawa Timur.
Foto: Holding Perkebunan
Menteri BUMN Erick Thohir dan Dirut Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani melakukan kick off revitalisasi industri gula nasional di Mojokerto, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengambil langkah strategis dengan meluncurkan Revitalisasi Industri Gula Nasional demi menjaga Ketahanan Pangan RI. Raksasa BUMN gula ini bernama Sugar Co atau PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).

Langkah mendirikan Sugar Co tak hanya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, meningkatkan kesejahteraan petani tebu tetapi juga menjadi produsen bioetanol yang merupakan produk turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak.

Baca Juga

Pengamat pertanian Wayan Supadno mengatakan, peluang Indonesia menjadi pusat produksi gula sangat besar lewat Sugar Co, karena langkah atau rencana tersebut di dukung oleh sumber daya alam yang melimpah, dan hal tersebut tergantung Penerintah menjalankannya.

“Sangat besar peluangnya, yang menjadikan kita itu tidak bisa memanfaatkan peluang menjadi kekuatan itu karena lemah, banyak mikir dan banyak bicara, tidak banyak berbuat gitu loh,” kata Wayan saat dihubungi, Kamis (27/10/2022).

Dikatakan Wayan, banyak potensi sumber daya alam Indonesia yang mampu menjaga ketahanan pangan, hingga tidak hanya bergantung pada sektor tebu. Namun, jika Pemerintah sedang memfokuskan pada tebu maka harus mendapat dukungan penuh, karena Sugar Co bisa menjadi warisan ke depan.

“Idealnya tidak hanya tebu saja komoditi yang sensitif terhadap inflasi, harusnya kita jadikan legacy warisan. Contoh tebu harusnya kita punya lahan baru sekitar satu juta hektar, baik itu BUMN maupun di plasmakan dengan rakyat supaya kesenjangan sosial tidak tinggi itu, sangat bagus,” ucapnya.

Menurut Wayan, kehadiran Sugar Co yang akan menjadi payung raksasa bagi tujuh perusahaan PTPN dan dua cucu perusahaan akan menjadi kekuatan tersendiri, karena tidak hanya ketahanan pangan tetapi juga mampu membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Indonesia.

“Karena satu pengangguran masih banyak. Lahan kita yang terlantar masih banyak dan kalau dikelola butuh pekerja banyak. Ingat, pasar kita besar tapi faktanya kita masih impor,” jelasnya.

“Apa yang kita impor besar itu akan menjadi ancaman serius di masa depan, kita harus swasembada kan di dalam negeri,” tegas Wayan.

Lebih jauh Wayan, keterlibatan semua pihak dalam langkah besar ini sangat perlu, baik itu Pemerintah, akademisi maupun praktisi. Sejauh ini, lanjut Wayan banyak hasil riset tentang potensi Indonesia menjadi pusat gula tidak dimaksimalkan dengan baik, hingga hasil-hasil riset tersebut menjadi sia-sia. Untuk itu, lewat langkah besar Menteri BUMN ini semua pihak bisa berkolaborasi untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi di Indonesia. 

“Paling utama adalah semua melibatkan diri untuk berpartisipasi, berpraktek dan tidak hanya berpikir saja, pimpinan mengeksekusi, yang dipimpin berpraktisi,” tandasnya. 

Sebagaimana diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir sangat berambisi untuk menjadikan Sugar Co sebagai tulang punggung ketahanan pangan dan penggerak ketahanan energi nasional lewat bioetanol.

Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif berasal dari tumbuhan yang sudah melewati proses fermentasi, salah satu tumbuhan yang bisa dimanfaatkan adalah tebu.

"Fokus Sugar Co tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, meningkatkan kesejahteraan petani tebu, menjaga stabilitas harga gula petani. Tapi juga menjadi produsen bioetanol yang merupakan produk turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak," kata Erick Thohir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement