Jumat 28 Oct 2022 08:47 WIB

Krisis Energi Percepat Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim

Krisis energi akibat berbagai faktor dapat menjadi titik balik atasi perubahan iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Kilang minyak TotalEnergies Leuna dekat Spergau, Jerman Timur, 25 April 2022. Krisis energi akibat berbagai faktor dapat menjadi titik balik atasi perubahan iklim. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/FILIP SINGER
Kilang minyak TotalEnergies Leuna dekat Spergau, Jerman Timur, 25 April 2022. Krisis energi akibat berbagai faktor dapat menjadi titik balik atasi perubahan iklim. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan lonjakan biaya energi yang dipicu berbagai faktor ekonomi dan perang Ukraina dapat menjadi titik balik menuju energi yang lebih bersih. Dalam laporannya, IAE mengatakan permintaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam akan mencapai puncaknya atau mengalami kemandekan beberapa dekade ke depan.

Skenario dalam laporan IEA berdasarkan kebijakan yang berlaku saat ini. Laporan itu mengatakan beberapa tahun ke depan penggunaan batu bara akan berkurang dan permintaan gas alam pada akhir dekade mendatang akan mengalami kemandekan.

Baca Juga

Selain itu meningkatnya penjualan kendaraan listrik akan menahan permintaan minyak pada pertengahan 2030-an sebelum sedikit turun pada pertengahan abad ini. Total emisi saat ini terus bertambah setiap tahun tapi mulai melambat.

"Pasar dan kebijakan energi telah berubah karena invasi Rusia ke Ukraina, tidak hanya saat ini tapi juga beberapa dekade ke depan," kata direktur IEA Fatih Birol, Kamis (27/10/2022).

Lonjakan permintaan setelah peraturan Covid-19 dicabut dan kemacetan di rantai pasokan juga berkontribusi pada kenaikan harga energi. "Dunia energi akan berubah secara dramatis tepat di depan mata kami, pemerintah di seluruh dunia berjanji merespons titik balik bersejarah dan menentukan ini menuju energi yang lebih bersih, terjangkau, dan lebih aman," katanya.

Dalam laporan itu peran gas alam sebagai "bahan bakar transisi" yang menjembatani sistem energi berbahan bakar fosil ke energi terbarukan akan berkurang. Meski gas alam merupakan bahan bakar fosil, tapi gas dianggap lebih bersih dari minyak dan batu bara karena menghasilkan karbon dioksida lebih sedikit.

Namun terlepas dari prediksi positif yang dimunculkan, laporan ini menambahkan pangsa bahan bakar fosil di bauran energi global membawa bumi menuju pemanasan 2,5 derajat Celcius pada akhir abad ini. Lebih tinggi dari target yang ditetapkan Perjanjian Iklim Paris.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement