Ahad 30 Oct 2022 22:48 WIB

Saling Ajar dalam Kampus Mengajar

Kampus Mengajar sukses mengajak 70.000 mahasiswa bergabung mengabdi di 15.000 sekolah

Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi Kampus Mengajar. Kampus Mengajar sukses mengajak 70.000 mahasiswa bergabung mengabdi di 15.000 sekolah
Foto: republika/mardiah
Ilustrasi Kampus Mengajar. Kampus Mengajar sukses mengajak 70.000 mahasiswa bergabung mengabdi di 15.000 sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ronggo Astungkoro, Jurnalis Republika

Berawal dari kebiasaan berselancar di media sosial, Az-Zahra Maulida mengetahui salah satu program yang tengah digencarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ketertarikan wanita berusia 22 tahun itu akan mengajar membawanya ke salah satu program yang ada dalam program MBKM, yakni Kampus Mengajar.

Setelah melihat informasi tentang program tersebut di Twitter dan Instagram, Az-Zahra mencoba untuk membuat akun Kampus Merdeka di situs yang sudah disediakan oleh Kemendikbudristek. Mahasiswi Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta itu kemudian melengkapi data diri, mengunggah curriculum vitae (CV), dan dokumen lain yang dibutuhkan.

Hingga akhirnya dia lolos seleksi bersama 14.503 mahasiswa dari 559 perguruan tinggi lain yang menjalani program MBKM Kampus Mengajar angkatan keempat di 2.876 sekolah, baik SD maupun sekolah menengah pertama (SMP), yang tersebar di 35 provinsi. Bersama dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, Az-Zahra bertugas sebagai mitra guru dalam membantu proses belajar mengajar.

"Saya tertarik dengan program tersebut karena saya merasa di dalam diri saya ada passion untuk mengajar, saya suka anak kecil, saya ingin berbagi ilmu yang saya miliki selama ini," ujar Az-Zahra kepada Republika, Ahad (16/10/2022).

Selain alasan di atas, Az-Zahra mengaku juga merasa tertarik mengikuti salah satu program MBKM itu karena benefit yang bisa didapatkan, mulai dari konversi nilai mata kuliah sebanyak 20 SKS, uang saku, sertifikat, pengalaman, hingga relasi. Tapi, dia menitikberatkan pengalaman sebagai hal yang paling berharga yang dia dapatkan dari mengikuti program MBKM Kampus Mengajar.

Dia mengaku mendapatkan begitu banyak pengalaman dari mengikuti MBKM Kampus Mengajar yang masih berlangsung itu. Menurut Az-Zahra, program tersebut benar-benar melatih cara berkomunikasi kepada orang lain yang berusia lebih tua maupun lebih muda. Di sisi lain, program itu juga membuka matanya bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam dunia pendidikan di Indonesia.

"Program ini benar-benar membukakan mata hati saya bahwa pendidikan Indonesia sedang tidak baik-baik saja, banyak yang perlu diperbaiki," tutur dia.

Dalam pelaksanaan program tersebut, Az-Zahra ditugaskan untuk meningkatkan kemampuan literasi dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Krasak, Jawa Tengah. Dia mengajar semua mata pelajaran, kecuali pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK), di sekolah tersebut.

Dalam pelaksanaannya, Az-Zahra mengaku merasa terkendala oleh lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan. Sebab, lokasi program MBKM Kampus Mengajar cukup jauh dari perkotaan. Akibatnya, banyak kesulitan yang dia hadapi, mulai dari susah mendapatkan sinyal hingga susah mencari toko dan penjual makanan.

"Seperti sinyal susah, cari toko susah, cari makan susah. Waktu perjalanan dari rumah ke lokasi Kampus Mengajar kurang lebih satu jam dengan jalan yang berkelok-kelok," kata dia.

Namun, dari segala kesulitan tersebut, dia mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupnya. Az-Zahra pun dapat menyalurkan hasratnya untuk berbagi ilmu dengan mengajar siswa-siswi di sekolahnya bertugas. Dia mengikuti penugasan MBKM Kampus Mengajar mulai dari Agustus 2022 hingga Desember 2022 mendatang.

Besarnya manfaat dari pengalaman yang didapatkan dari program itu juga turut dirasakan oleh Hanifah Laksmi, mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia. Wanita berusia 21 tahun itu sudah lebih dulu mengikuti program MBKM Kampus Mengajar, yakni angkatan kedua yang dilaksanakan pada akhir 2021 lalu. Sama seperti Az-Zahra, Hanifah juga mengetahui informasi mengenai program tersebut lewat media sosial.

"Saya mencari tahu info di Twitter untuk kemudian bergabung dengan grup Telegram non-official Kampus Merdeka supaya bisa mengikuti perkembangan dari pendaftaran. Kemudian diberi tahu lewat email dan website untuk mengikuti seleksi, seperti tes kebhinekaan dan lolos. Lalu diberi tahu lebih lanjut tentang sekolah yang akan menjadi tempat mengajar," ungkap Hanifah kepada Republika, Ahad (16/10/2022).

Hanifah mengajar di SDN Kajen I di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sebagai mahasiswi dari jurusan pendidikan, mengajar di sekolah tersebut merupakan pengalaman pertamanya. Dari kegiatan itu dia memahami betul bahwa dalam belajar, praktik sama pentingnya dengan teori. Dia mengaku kesulitan dalam mengatur anak murid ketika melakukan praktik mengajar.

"Hal-hal semacam itu yang salah adalah di diri saya sendiri menurut saya karena belum pernah praktik secara langsung mengadapi situasi konkret semacam ini. Tapi hikmahnya adalah saya jadi paham kalau praktik adalah sama pentingnya dengan teori," kata dia.

Dalam pelaksanaannya, selain membantu meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi, dia turut mencoba membantu memajukan sekolah dengan mendekatkan murid dan guru di sekolah tersebut kepada teknologi. Hal itu dapat dia lakukan dengan baik, terlebih dengan latar belakang ketertarikannya pada dunia teknologi.

Manfaat dari apa yang Hanifah dan kawan-kawan lakukan di sana dirasakan oleh para guru. Hartati, guru pendamping mahasiswa program MBKM Kampus Merdeka di SDN Kajen I, merasa terbantu dengan upaya Hanifah dan kawan-kawan mendekatkan sekolah dengan teknologi. Mulai dari cara penggunaan sistem di komputer atau laptop hingga dibantu peminjaman laptop sebagai sarana prasarana untuk kegiatan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

"Guru-guru bisa mengenal digitalisasi, bisa belajar teknologi informasi dari mahasiswa. Di kami kan, nuwun sewu, masih kurang melek digital. Otomatis ada beberapa guru yang harus belajar mengenai teknologi informasinya. Mahasiswa yang membantu melatihnya," kata Hartati, Kamis (27/10/2022).

Kegiatan pemberian pelajaran tak hanya dilakukan dari mahasiswa kepada guru dan murid-murid di sekolahnya saja. Hartati mengatakan, pada awalnya, enam orang mahasiswa yang sudah termasuk Hanifah, tidak memiliki pengalaman mengajar sama sekali. Untuk itu, sebagai pembimbing, dia mencoba untuk memberikan mereka pengalaman dengan menaruh setiap mahasiswa secara bergantian di setiap tingkatan kelas.

"Ternyata anak-anak sangat suka dengan teknik cara mengajarnya mereka. Trik-trik yang mahasiswa punya dikolaborasikan dengan guru. Ada program literasi juga. Guru kan kadang handle murid yang kurang literasinya agak susah. Tapi mereka bisa meng-handle itu," kata dia.

Dari kaca mata Hartati, ada proses saling ajar antara mahasiswa, murid, dan guru selama program MBKM Kampus Merdeka dilaksanakan selama empat bulan lamanya. Masing-masing pihak bisa mendapatkan hal-hal baru dalam hidupnya. Pendidikan yang terhambat oleh pandemi Covid-19 pun dapat terbantu dengan dilaksanakannya program tersebut.

Kampus Mengajar Bawa Banyak Tujuan

Kisah Az-Zahra dan Hanifah hanya dua dari sekian banyak mahasiswa yang mengikuti program MBKM Kampus Mengajar. Dilansir dari laman Kemendikbudristek, sejak diluncurkan pada 2020 oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, program MBKM Kampus Mengajar telah berhasil mengajak lebih dari 70.000 mahasiswa untuk bergabung dan mengabdi di 15.000 sekolah di seluruh Indonesia.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, kepada Republika menjelaskan, MBKM Kampus Mengajar memang dirancang untuk banyak tujuan. Setidaknya ada empat hal yang ingin dicapai dari program tersebut.

Pertama, memberi pengalaman bagi mahasiswa. Kedua, membantu guru dalam meningkatkan literasi numerasi, serta penggunaan teknologi. Ketiga, membantu mengatasi learning loss akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan. Lalu yang keempat, membantu mengatasi kekurangan pendidik di daerah terpencil.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mencatat, angka kebutuhan guru ASN di sekolah negeri secara nasional pada 2021 berjumlah 1.090.678 orang. Jika dikalkulasikan sampai 2024, maka angka kebutuhan guru ASN berjumlah 1.312.759 orang. Jumlah kebutuhan guru yang paling besar tahun 2021-2022 ada di jenjang SD dan SMP, yakni berjumlah 823.383 orang dengan komposisi SD lebih banyak.

Hal tersebut terkait dengan kendala lokasi sekolah yang dirasakan mahasiswa. Nizam menjelaskan, sekolah sasaran dalam program MBKM Kampus Mengajar memang sekolah yang masih kekurangan guru. Biasanya, kata Nizam, sekolah-sekolah seperti itu berlokasi di pelosok negeri. Dengan lokasi seperti itu, maka mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam.

"Dengan lokasi seperti itu akan memberi pengalaman yang jauh lebih mendalam bagi para mahasiswa. Membuka mata dan hatinya terhadap problem pendidikan, dan semakin menguatkan soft skills mereka seperti kepemimpinan, daya juang, daya tahan, keuletan, kemampuan adaptasi, dan sebagainya," kata Nizam, Kamis (29/10/2022).

Nizam juga menjelaskan, semua program MBKM, termasuk di dalamnya Kampus Merdeka, menjadi bagian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi. Dia berharap, program MBKM Kampus Mengajar bisa terus berjalan sebagai ajang penguatan kompetensi dan pemahiran para mahasiswa, khususnya bagi para calon guru.

"Hasil evaluasi menunjukkan program ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, manfaatnya juga dirasakan oleh para guru, dan yang sangat penting dapat membantu mengurangi learning loss akibat pandemi," ujar Nizam.

Nizam juga menjelaskan, semua program MBKM, termasuk di dalamnya Kampus Mengajar, menjadi bagian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi. Selain itu, program Kampus Mengajar juga dapat menjadi kontribusi nyata terhadap permasalahan pendidikan dasar bagi perguruan tinggi dan dosen.

Dosen berkesempatan untuk berkolaborasi dengan mahasiswa, sekolah dan guru. Dosen juga dapat memiliki ruang pengabdian untuk penerapan berbagai kajian, inovasi, dan kreativitas dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dia berharap, program MBKM Kampus Mengajar bisa terus berjalan sebagai ajang penguatan kompetensi dan pemahiran para mahasiswa, khususnya bagi para calon guru. "Hasil evaluasi menunjukkan program ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, manfaatnya juga dirasakan oleh para guru, dan yang sangat penting dapat membantu mengurangi learning loss akibat pandemi," ujar Nizam.

Dalam waktu dekat, Kemendikbudristek akan menyelenggarakan program Kampus Mengajar angkatan lima yang akan diselenggarakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023. Masa pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan lima tahun 2023 akan dibuka mulai 1 November 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement