Rabu 02 Nov 2022 20:01 WIB

Seperti Apa Budaya Individualis?

Budaya kolektivisme menekankan pentingnya kelompok dan kerja sama sosial

Rep: Calakan Media/ Red: Partner
.
Foto: network /Calakan Media
.

Orang barat sering dianggap individualis. Berbeda dengan kita sebagai orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi kebersamaan atau kolektivitas. Sebenarnya, alasan sederhana mereka bersikap individualis bukan karena mereka tidak suka bersosialiasi. Namun, mereka tidak ingin bergantung pada orang lain.

foto : dok republika.co.id

Jika kita sering melihat kehidupan orang di berbagai media, mereka sejak kecil dididik untuk menjadi mandiri. Tidak hanya itu, efek didikan sedari dini membuat mereka tidak banyak bergantung pada anaknya di masa tua.

Dilansir dari verywellmind.com terdapat ulasan tentang budaya individualis yang bisa menjadi informasi bagi kita untuk mengetahuinya lebih jauh.

Sifat budaya individualis

Beberapa karakteristik umum dari budaya individualistik meliputi:

1. Bergantung pada orang lain sering dianggap memalukan

2. Kemerdekaan sangat dihargai

3. Hak individu menjadi pusat perhatian

4. Orang sering lebih menekankan pada menonjol dan menjadi unik

5. Orang cenderung mandiri

6. Hak individu cenderung didahulukan

Dalam budaya individualistis, orang dianggap "baik" jika mereka kuat, mandiri, tegas, dan bebas. Ini kontras dengan budaya kolektiviskarena karakteristik seperti rela berkorban, dapat diandalkan, murah hati, dan membantu orang lain lebih penting.

Beberapa negara yang dianggap budaya individualistis di antaranya Amerika Serikat, Jerman, Irlandia, Afrika Selatan, dan Australia.

Budaya individualis vs kolektivis

Budaya individualis sering dibandingkan dan dikontraskan dengan budaya yang lebih kolektivis. Budaya kolektivisme menekankan pentingnya kelompok dan kerja sama sosial, sedangkan individualisme menghargai hal-hal seperti otonomi, kemerdekaan, kemandirian, dan keunikan.

Orang-orang dalam budaya kolektivis mungkin akan meminta dukungan keluarga dan teman selama masa-masa sulit. Mereka yang hidup dalam budaya individualis lebih cenderung melakukannya sendiri.

Budaya individualistis menekankan bahwa orang harus mampu memecahkan masalah atau mencapai tujuan sendiri tanpa harus bergantung pada bantuan dari orang lain. Orang sering diharapkan untuk "menarik diri dengan bootstrap mereka" ketika mereka menghadapi kemunduran.

Kecenderungan untuk berfokus pada identitas dan otonomi pribadi ini merupakan bagian yang meresap dari budaya yang dapat memiliki pengaruh besar pada cara suatu masyarakat berfungsi. Misalnya, pekerja dalam budaya individualis lebih cenderung menghargai kesejahteraan mereka sendiri daripada kebaikan kelompok.

Efek pada perilaku

Pengaruh budaya terhadap perilaku individu adalah topik utama yang menarik di bidang psikologi lintas budaya. Psikolog lintas budaya mempelajari cara faktor budaya yang berbeda mempengaruhi perilaku individu. Mereka berfokus pada hal-hal yang universal di antara budaya yang berbeda di dunia, serta perbedaan di antara masyarakat.

Salah satu fenomena menarik yang diamati oleh psikolog lintas budaya adalah cara orang-orang dari budaya individualis menggambarkan diri mereka sendiri dibandingkan dengan cara orang-orang dari budaya kolektivis menggambarkan diri mereka sendiri.

Orang-orang dari masyarakat individualis memiliki konsep yang lebih fokus pada kemandirian daripada saling ketergantungan. Akibatnya, mereka cenderung menggambarkan diri mereka sendiri dalam hal karakteristik dan sifat pribadi mereka yang unik.

Seseorang dari budaya individualistis mungkin mengatakan "Saya analitis, sarkastik, dan atletis." Hal ini dapat dikontraskan dengan deskripsi diri dari orang-orang yang hidup dalam masyarakat kolektivis, yang lebih cenderung mengatakan sesuatu seperti, "Saya seorang suami yang baik dan teman yang setia."

Seberapa jauh deskripsi diri ini bervariasi tergantung pada budaya? Penelitian yang dilakukan oleh Ma dan Schoenemann menemukan bahwa 60% orang Kenya (budaya kolektivis) menggambarkan diri mereka dalam peran mereka dalam kelompok. Sementara 48% orang Amerika (budaya individualis) menggunakan karakteristik pribadi untuk menggambarkan diri mereka sendiri.

Dengan memahami budaya individualis ini, jika kalian belajar atau bekerja di luar negeri kalian tidak perlu kaget dengan kegiatan sehari-hari yang cenderung dilakukan sendiri. (Lutfie Fahrizal R)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement