Kamis 03 Nov 2022 14:52 WIB

Erdogan: Ekspor Biji-bijian Laut Hitam Prioritaskan Afrika

Ekspor ke Arfika sesuai kesepakatan antara Turki, Ukraina, dan Rusia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (2/11/2022), keputusan itu sesuai dengan yang disepakati dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Situasi di Djibouti, Somalia dan Sudan sama sekali tidak baik. Jika ada masalah di negara kurang berkembang lainnya, kami akan melakukan pengiriman ke negara-negara ini,” kata Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.

Baca Juga

Baik pemimpin Rusia dan Ukraina mendekati Turki secara positif mengenai masalah ekspor biji-bijian. "Kami menjawabnya secara positif," ujar Erdogan.

Pada 22 Juli, Turki, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul. Perjanjian ini untuk membuka ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam yang dihentikan sementara setelah perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari.

Pekan lalu Rusia mengumumkan akan menangguhkan partisipasinya dalam Black Sea Grain Initiative. Tindakan ini diambil karena dugaan serangan Ukraina terhadap armada Laut Hitam di pelabuhan Sevastopol.

Tapi, Turki dan Rusia mengumumkan pada Rabu, implementasi Black Sea Grain Initiative kembali berjalan dan akan dilanjutkan. Keputusan ini setelah Ankara dan PBB melakukan mediasi.

Selain masalah keberlanjutan Black Sea Grain Initiative, Erdogan pun membahas masalah pasokan energi dengan Moskow. Dia mengatakan, Ankara dan Moskow sedang mengerjakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ketiga, tanpa menyebutkan lokasinya.

Perjanjian antar pemerintah ditandatangani antara Turki dan Rusia pada Mei 2010 untuk PLTN Akkuyu. Fasilitas ini yang akan memiliki empat reaktor daya tipe VVER-1200 dengan total kapasitas terpasang 4.800 megawatt.

Bulan lalu, perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom memulai negosiasi dengan Turki untuk pembangunan PLTN di kota Sinop, Turki, di pantai Laut Hitam. Pembangkit listrik tenaga nuklir Sinop akan menjadi proyek nuklir kedua negara itu setelah PLTN pertama negara itu, proyek Akkuyu yang sedang dibangun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement