Jumat 04 Nov 2022 11:06 WIB

Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Cegah Krisis Pangan

Kecerdasan buatan tidak disarankan untuk mengganti data tim lapangan.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Kecerdasan buatan (Ilustrasi). Kecerdasan buatan diyakini bisa membantu mengatasi krisis pangan.
Foto: Flickr
Kecerdasan buatan (Ilustrasi). Kecerdasan buatan diyakini bisa membantu mengatasi krisis pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Hingga saat ini, persoalan pangan masih terjadi di sejumlah belahan dunia. Padahal, pangan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi sehingga masyarakat bisa lebih produktif.

Dikutip dari Fortune pada Selasa (25/10), krusialnya urusan pangan pun perlu ditangani dengan optimal. Kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diyakini bisa banyak membantu beragam instansi dalam menangani kerawanan pangan.

Baca Juga

AI bisa berperan lewat machine learning yang akan mempelajari data soal ketersediaan pangan, kebutuhan pangan dan proses distribusi yang lebih efisien. Pengolahan data yang krusial ini bisa jadi lebih cepat berkat AI sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan lebih akurat, terstruktur dan tepat waktu.

Saat terjadi krisis akibat iklim, guncangan ekonomi atau konflik, akurasi waktu atau timing merupakan hal yang vital dalam distribusi pangan. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan data yang cepat dan tepat agar pangan bisa disalurkan kepada tempat yang tepat dengan volume yang pas.

Peran AI pun telah dibuktikan lewat studi University of Illinois yang dipublikasikan pada Januari 2022. Dalam studi itu, digambarkan bahwa machine learning models menghasilkan data yang akurat dan membantu pengambilan keputusan yang lebih cepat dalam lingkungan kerawanan pangan yang kompleks dan selalu berubah.

Tapi, peran AI tetap membutuhkan responden lapangan untuk menyajikan data akurat terkait harga pangan, cuaca, demografi dan sejumlah data penunjang lainya. Profesor tim peneliti University of Illinois, Hope Michelson mengatakan, beragam data itu merupakan bekal penting untuk membentuk algoritme bersama dengan AI.

"Data yang dihimpun oleh tim lapangan juga bisa jadi bekal prediksi dalam lokasi dengan kompleksitas politik. Artinya, AI tak disarankan untuk menggantikan data yang diolah oleh tim lapangan tapi data dari AI bisa dikolaborasikan dengan data tim lapangan untuk menghasilkan output yang optimal," kata Hope Michelson.

Hal ini pun disadari oleh World Food Programme (WFP) dari Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB). Bahkan, selain AI, PBB juga menilai penghimpunan data perlu ditunjang oleh peran robot untuk membantu operasional di sejumlah wilayah yang terisolasi.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement