Selasa 08 Nov 2022 01:36 WIB

Pemprov Jawa Timur Cegah Penyakit LSD pada Hewan Ternak

Kepala Dinas Peternakan kabupaten/kota di Jatim agar mengambil tindakan konkrit.

Red: Hiru Muhammad
Menghadapi ancaman penyakit hewan lumpy skin disease (LSD) yang saat ini sudah menyebar di Asia dan menjangkiti enam negara di Asia Tenggara, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan seri seminar daring peningkatan kesiapsiagaan terhadap LSD.
Foto: istimewa
Menghadapi ancaman penyakit hewan lumpy skin disease (LSD) yang saat ini sudah menyebar di Asia dan menjangkiti enam negara di Asia Tenggara, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan seri seminar daring peningkatan kesiapsiagaan terhadap LSD.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA- Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mengupayakan pencegahan penyakit hewan ternak baru, yakni Lumpy Skin Desease (LSD), setelah ditemukan kasus di Kendal, Jawa Tengah.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Senin, menjelaskan LSD disebabkan oleh virus pox menyerang hewan ternak sapi, kerbau dan jenis ruminansia liar. "Kasus LSD yang menyerang sapi pertama kali muncul di Indonesia, tepatnya di Provinsi Riau pada Februari 2022. Dua pekan lalu, penyakit LSD dilaporkan sudah masuk di Kendal, Jawa Tengah," kata Khofifah.

Baca Juga

Untuk itu, Gubernur Khofifah meminta seluruh kepala daerah, utamanya Kepala Dinas Peternakan kabupaten/kota di Jatim agar mengambil tindakan konkrit.

Langkah kongkrit yang dimaksud adalah mempercepat vaksinasi LSD pada sapi perah maupun sapi potong di Jatim. "Apabila ada sapi di Jatim yang terindikasi terinfeksi LSD atau sudah tertular dengan vektornya, segera dilakukan tindakan nyata, salah satunya memberikan vaksin," ujar dia.

Gubernur Khofifah mengatakan penyebaran penyakit LSD berbeda dengan penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyakit PMK penyebarannya melalui udara, sedangkan LSD ditularkan oleh vektor meliputi nyamuk, lalat penghisap darah dan juga caplak.

Gejala hewan ternak mengidap LSD timbul nodul 1-7 sentimeter yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. "Munculnya nodul ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat Celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif," kata Khofifah.

Tanda klinis lainnya, yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki.

Selain itu, LSD juga dapat menyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan hingga mengenai daging sapi. "Informasi yang kami dapat penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas," kata dia.

Meski tidak bersifat menular kepada manusia, Khofifah menegaskan LSD berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan pada sapi, antara lain kehilangan berat badan karena tidak bernafsu makan. Selain itu, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement