Senin 14 Nov 2022 20:15 WIB

Kementan Siapkan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Keempat

Sudah seharusnya pertanian didorong untuk menjadi pilar utama perekonomian Indonesia

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Christiyaningsih
Mentan SYL dalam sambutannya pada acara Pembukaan Sertifikasi Kompetensi Penyuluh Pertanian THL-TBPP di Polbangtan Gowa pada Senin(2/8).
Foto: Kementan
Mentan SYL dalam sambutannya pada acara Pembukaan Sertifikasi Kompetensi Penyuluh Pertanian THL-TBPP di Polbangtan Gowa pada Senin(2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) akan menggenjot wirausaha pertanian untuk memastikan kebutuhan pangan tetap tercukupi. Untuk mendukung itu, Kementan melakukan Sosialisasi Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Volume 4, Senin (14/11/2022). Tema yang diangkat dalam Pelatihan ini adalah Wirausaha Pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan peran pertanian sangat penting belakang ini. Apalagi, di tengah sejumlah krisis yang terjadi secara global.

Baca Juga

“Peran pertanian sangat penting, yaitu sebagai penyangga kecukupan pangan. Apalagi, saat ini terjadi kelangkaan pangan. Krisis ini bersifat global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, climate change, dan perang Rusia-Ukraina, dan kondisi ini diperkirakan lebih buruk di tahun 2023,” katanya, Senin (14/11/2022).

Saat sosialisasi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia patut bersyukur tidak mengalami kekurangan pangan. Bahkan akhir tahun ini diperkirakan masih mengalami surplus beras.

“Namun, tetap perlu diperhatikan distribusi dan aksesibilitas pangan serta diversifikasi pangan dan substitusi impor. Mengingat sektor pertanian adalah salah satu sektor penyangga selama pandemi Covid-19 dan menjadi sandaran tenaga kerja terbesar dibanding sektor lainnya, sudah seharusnya pertanian didorong untuk menjadi pilar utama perekonomian Indonesia,” katanya.

Dijelaskannya, pertanian harus mampu mencukupi kebutuhan barang sekaligus jasa yang terkait. Dan untuk memajukan pertanian, khususnya meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan produksi dan produktivitas di sub sektor budidaya saja tidak cukup.

“Perlu diterapkan integrasi yang menyeluruh dari hulu sampai hilir, dari budidaya sampai pemasaran serta dukungan dari sektor di luar pertanian. Integrasi ini dimungkinkan terwujud dalam agribisnis modern,” ujarnya.

Di sisi lain, penumbuhan wirausaha perlu terus didorong, terlebih jika dikaitkan dengan rasio kewirausahaan Indonesia yang pada tahun 2022 baru mencapai 3,47 persen. Angka itu jauh di bawah negara maju yang kategori rasio kewirausahaan minimal 12 persen dari populasi.

“Nilai ini menempatkan Indonesia pada peringkat 75 dari 137 dengan indeks kewirausahaan mencapai 26 persen. Sebagai perbandingam rasio kewiraushaan Singapura 8,76 persen, Thailand 4,26 persen, dan Malaysia 3,74 persen. Untuk itu, para pemuda didorong untuk pendirian usaha pertanian yang antara lain dalam bentuk women entrepreneurship, green economy, dan digital economy,” tukasnya.

Dedi menambahkan, diperlukan pembekalan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan yang juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi berwirausaha. “Oleh sebab itu, Pusat Pelatihan Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang menyelenggarakan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Volume 4 Tahun 2022 dengan tema Wirausaha Pertanian,” jelasnya lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement