Rabu 16 Nov 2022 21:52 WIB

Kepulauan Seribu Cegah Nelayan Menganggur Saat Angin Barat

Saat angin musim barat, embusan angin dan ombak menjadi besar.

Red: Ratna Puspita
Produk ikan asin di Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Produk ikan asin di Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, mencegah nelayan menganggur selama musim angin barat. Langkah yang dilakukan, yakni memfasilitasi agar memperoleh pendapatan sampingan menjadi tenaga kerja Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP).

Berdasarkan data Tata Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu yang diperoleh di Jakarta, Rabu (16/11/2022), lebih dari 30 nelayan Pulau Sabira kini menjadi PJLP. Di antaranya PJLP bagian Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) sebanyak 11 orang, Instalasi Pengolahan Air Limbah enam orang, Sumber Daya Air (11) serta Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (6).

Baca Juga

Doking kapal sebanyak tiga orang, Sudin Lingkungan Hidup (11), pemakaman (3), Sea Water Reverse Osmosis (5) sertaBrackish Water Reverse Osmosis empat orang. Dengan penyerapan tenaga kerja tersebut, kapal nelayan yang melaut di Pulau Sabira saat ini telah berkurang. Dari 50 kapal menjadi 11 kapal yang aktif.

Menurut Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu Devi Lidya, siklus musim di laut, yaitu angin musim barat dan angin musim timur, turut mempengaruhi mata pencaharian nelayan di Indonesia. Saat angin musim barat, embusan angin dan ombak menjadi besar sehingga menyulitkan nelayan melaut dan menangkap ikan.

"Makanya dalam kehidupan nelayan dikenal istilah 'mencari enam bulan untuk kehidupan satu tahun'. Saat ini kita sedang menghadapi (angin) musim barat tersebut. Kodrat alam yang tidak bisa kita hindari," kata Devi melalui pesan singkat pada Rabu.

Namun, Devi masih optimistis program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) tetap digalakkan pada 2023 seiring perputaran musim. "Seperti tahun lalu program Gemarikan ini juga tetap menjadi kegiatan yang ada tahun 2023 nanti," kata Devi.

Sejumlah nelayan mengeluhkan kondisi cuaca tidak menentu saat ini. Seperti para nelayan Pulau Sabira yang bisa merasakan tangkapan ikan yang berlimpah saat cuaca baik atau sebaliknya pada saat cuaca buruk.

Pulau Sabira yang memiliki penduduk 603 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 183 itu memiliki mata pencaharian nelayan sebagai tulang punggung perekonomian. Di waktu tertentu para nelayan di sana bisa mendapatkan tangkapan yang berlimpah. Bahkan bisa memproduksi ikan selar asin yang menjadi ciri khas Pulau Sabira itu.

Namun kondisi musim saat ini membuat hasil tangkapan ikan para nelayan di Pulau Sabira mengalami penurunan, meski lokasi pulau berada jauh di ujung utara Jakarta dan lebih minim terkena sentuhan pihak yang merusak lingkungan. Menurut Ketua RW03 Pulau Sabira Muhammad Ali Kurniawan, masyarakat memanfaatkan dukungan dari PD Pasar Jaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika tidak pergi melaut, para nelayan menganggur di rumah dan kebutuhan lainnya dimaksimalkan melalui Pasar Jaya. "Sejauh ini sudah cukup membantu, meski stok terbatas,” ujar Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement