Jumat 18 Nov 2022 10:51 WIB

BI: Bali Leaders Declaration Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia

Deklarasi tersebut juga menjadi keberhasilan dari kepemimpinan Indonesia yang netral.

Red: Friska Yolandha
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menerima penghargaan Global Citizen Award 2022 di Nusa Dua, Bali, pada Minggu malam (13/11/2022). Penghargaan ini diberikan pada penutupan Forum Ketahanan Pangan Dunia, suatu rangkaian kegiatan disela-sela G20, yang dilaksanakan oleh Atlantic Council, sebuah lembaga nirlaba Amerika Serikat; yang didukung pula oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia; Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; serta Gaurav & Sharon Srivastava Family Foundation, sebuah yayasan dari Amerika Serikat yang membantu masyarakat di seluruh dunia mengatasi berbagai permasalahan ketahanan pangan dan energi.
Foto: Agus Suparto
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menerima penghargaan Global Citizen Award 2022 di Nusa Dua, Bali, pada Minggu malam (13/11/2022). Penghargaan ini diberikan pada penutupan Forum Ketahanan Pangan Dunia, suatu rangkaian kegiatan disela-sela G20, yang dilaksanakan oleh Atlantic Council, sebuah lembaga nirlaba Amerika Serikat; yang didukung pula oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia; Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; serta Gaurav & Sharon Srivastava Family Foundation, sebuah yayasan dari Amerika Serikat yang membantu masyarakat di seluruh dunia mengatasi berbagai permasalahan ketahanan pangan dan energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebut Bali Leaders Declaration menjadi bukti keberhasilan Presidensi G20 Indonesia dalam melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Bali.

"Banyak catatan kemarin, bagaimana dinamika sangat tinggi sampai dengan hasil akhir. Tidak ada yang menyangka bahwa kita keluar dengan satu hasil deklarasi," katanya dalam diseminasi Laporan Nusantara serta Peluncuran Buku Manufaktur dan Pariwisata yang dipantau di Jakarta, Jumat (18/11/2022).

Baca Juga

Menurutnya, deklarasi tersebut juga menjadi keberhasilan dari kepemimpinan Indonesia yang netral sehingga menjadi modal bagi pemimpin negara-negara lain di G20 yang menerimanya. Pasalnya, lanjut dia, pertemuan-pertemuan engagement group ataupun pertemuan para menteri G20 selepas terjadi konflik di Ukraina tidak dapat menghasilkan satu komunike, konsensus, ataupun deklarasi.

"Pertemuan-pertemuan itu hanya menghasilkan kesimpulan, remarks, atau rekomendasi," kata Dody.

Dari hasil KTT G20, ia menyebut pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan perlu dicapai dalam jangka pendek hingga menengah dan panjang. Dalam jangka pendek, lanjutnya, konflik geopolitik dan pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap perekonomian dunia perlu diantisipasi, terutama oleh Indonesia.

"Menurut catatan KTT G20, kita memasuki tahun 2023 dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, artinya sudah terjadi fragmentasi dari sisi perdagangan, ekonomi, keuangan, dan kebijakan, yang berdampak menengah dan panjang," ucap Dody.

Inflasi yang berpotensi tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat perlu diwaspadai terus terjadi pada tahun yang akan datang. "Ini tentunya harus dipandang sebagai salah satu yang harus kita waspadai. Kalau ekonomi melambat, suku bunga meningkat, inflasi stabil tinggi, mungkin ini akan menjadi ancaman," ujar Dody.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement