Selasa 22 Nov 2022 08:43 WIB

Moldova Cari Bantuan untuk Atasi Krisis Energi

50 negara dan institusi bertemu di Paris untuk menjanjikan bantuan pada Moldova.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato di Paris, Senin, 21 November 2022. Para diplomat mengumpulkan uang dan dukungan lainnya pada Senin untuk negara termiskin di Eropa, Moldova, yang mengalami pemadaman listrik besar-besaran, arus pengungsi yang deras, dan potensi ancaman keamanan dari perang di negara tetangga Ukraina.
Foto: Yoan Valat, Pool via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato di Paris, Senin, 21 November 2022. Para diplomat mengumpulkan uang dan dukungan lainnya pada Senin untuk negara termiskin di Eropa, Moldova, yang mengalami pemadaman listrik besar-besaran, arus pengungsi yang deras, dan potensi ancaman keamanan dari perang di negara tetangga Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Moldova memperingatkan rakyatnya akan menghadapi musim dingin yang berat karena krisis energi "parah" yang dapat memicu ketidakpuasan masyarakat terhadap perang Rusia di Ukraina. Konflik yang mengancam pasokan dan menaikan harga energi.

Sekitar 50 negara dan institusi bertemu di Paris untuk menjanjikan bantuan pada Moldova. Negara itu terjepit antara Ukraina dan Romania. Sementara perang dikhawatirkan negara itu semakin tidak stabil karena konflik.

Baca Juga

"Perang ini membahayakan pasokan listrik dan gas, kami tidak yakin dapat menemukan pasokan yang cukup untuk pemanas dan lampu di rumah-rumah kami, bila kami mendapatkannya, harganya tidak terjangkau bagi rakyat dan ekonomi kami, ini dapat membahayakan kedamaian sosial dan keamanan," kata Presiden Maia Sandu pada delegasi, Senin (21/11/2022).

"Saya tahu semua orang di Eropa membayar mahal untuk energi tapi harga yang sama memiliki dampak yang jauh merusak bagi negara dan rakyat kami," katanya.

Dalam pidato yang dilaporkan situs Sandu di Chisinau, presiden Moldova itu juga memperingatkan para peserta pertemuan demokrasi Moldova sedang diserang oleh apa yang ia sebut kelompok kriminal Rusia. Setiap pekan kelompok itu menggelar unjuk rasa menuntutnya mundur.

"Unjuk rasa anti-pemerintah di Chisinau bagian dari perang hibrid terhadap Moldova yang dibiayai langsung oleh Rusia, yang setiap pekan membayar peserta yang ikut, kami harus bekerja sama untuk menghentikan kelompok-kelompok ini," katanya dalam pidato tersebut.

Sandu merujuk pada partai pengusaha yang diasingkan Ilan Shor. Kelompoknya menggelar unjuk rasa menentang kenaikan harga.

Shor divonis atas kasus penipuan yang berkaitan dengan skandal 1 miliar dolar AS. Pelaku utama kasus tersebut, Vlad Plahotnuic juga di luar Moldova, keberadaannya tidak diketahui.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement