Jumat 25 Nov 2022 22:26 WIB

Kehebatan Pengarang Simtu Ad-Durar Tak Lepas dari Karamah Sang Ibunda

Ibunda pengarang Simtu ad-Durar mempunyai sejumlah karamah

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Salah satu bacaan dalam kitab maulid Simtud Durar. Ibunda pengarang Simtu ad-Durar mempunyai sejumlah karamah
Foto: istimews
Salah satu bacaan dalam kitab maulid Simtud Durar. Ibunda pengarang Simtu ad-Durar mempunyai sejumlah karamah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sayyidah Alawiyyah binti Husein bin Ahmad al Hadi Al Jufri bukan saja seorang wanita yang saleh. Ibu kandung pengaran muallif Simtu ad-Durar, Habib Ali Al Habsyi itu juga piawai dalam berdakwah di atas mimbar. 

Wanita yang lahir di Syibam Hadramaut Yaman 1240 Hijriyah itu menimba ilmu dari sejumlah ulama besar di Yaman di antaranya Habib Ahmad bin Umar bin Smith, bahkan dalam catatan kaki kitab Fuyudhatu al-Bahri al-Mali disebutkan bahwa Sayyidah Alawiyyah juga belajar kepada Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, Habib Abdullah bin Husein Bilfaqih, Habib Abdullah bin Ali bin Syihab dan Habib Hasan bin Shaleh al Bahr.  

Baca Juga

Sebagaimana suaminya yaitu Habib Muhammad bin Husein bin Abdullah Al Habsyi yang merupakan seorang pendakwah yang kerap berdakwah ke berbagai pelosok desa, Sayyidah Alawiyyah juga sangat gemar berdakwah dan mengajar. Setelah menikah dan diboyong  suaminya ke Taribah, Sayyidah Alawiyyah mulai intens dalam mengajar dan berdakwah.  

Dalam Biografi Habib Ali al-Habsyi muallif Simtu ad-Durar yang disusun Habib Husein Anis Al Habsyi dan diterbitkan Pustaka Zawiyah dijelaskan bahwa setelah mulai mengajar di Taribah, Sayyidah Alawiyyah mengajar seorang wanita tua yang selama hidupnya belum pernah sholat sama sekali.  

Metode mengajar dan dakwahnya pun diterima masyarakat. Hingga baru tiga hari Sayyidah Alawiyyah memulai aktivitas mengajar dan dakwahnya muridnya telah banyak. 

Bahkan disebutkan hingga ada empat shaf murid Sayyidah Alawiyyah yang sholat bersamanya pada hari ketiga sejak memulai aktivitas mengajar.  

Habib Muhammad pun merasa gembira melihat istrinya berhasil dalam mengajar dan berdakwah. Habib Muhammad lalu menulis surat kepada guru Sayyidah Alawiyyah yaitu Habib Ahmad bin Umar bin Smith yang mengabarkan bahwa istrinya telah memiliki banyak murid.

Mendapat surat itu, Habib Ahmad segera memerintahkan orang untuk mengumumkannya kepada masyarakat hingga kiprah Sayyidah Alawiyyah dalam dakwah pun semakin menyebar luas. Sayyidah Alawiyyah pun semakin dikenal di Hadramaut.  

Sayyidah Alawiyyah begitu dihormati. Bahkan disebutkan seorang wanita saleh yakni Sayyidah Aisyah binti Umar atau saudara perempuan Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyebut bahwa wajah Sayyidah Alawiyyah seperti rembulan. 

Dia pun rela meninggalkan tempat khalwatnya dan segera menemui Sayyidah Alawiyah yang datang berkunjung. 

Sementara itu Habib Ali Al Habsyi mengisahkan bahwa ketika berziarah ke makam kakeknya yaitu Habib Sykeh bin Abdullah Al Habsyi, ibundanya yakni Sayyidah Alawiyyah seolah mengetahui akan adanya gejala akan munculnya suatu karamah. 

Tak lama kemudian dari dalam kubur tersebar bau yang amat harum. Ketika ditanya tentang bau harum itu, Sayyidah Alawiyyah pun menjelaskan bahwa bau harum itu berasal dari makam Habib Sykeh bin Abdullah. 

"Andaikan ada yang menyusun biografi ibuku. Beliau memiliki banyak karamah yang agung. Begitu pula ayahku Muhammad, beliau sering mengkasyf isi hatiku," begitu penjelasan Habib Ali Al Habsyi.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement