Ahad 27 Nov 2022 15:01 WIB

UMM-PP 'Aisyiyah Kupas Secara Mendalam Siti Walidah

Sederet tokoh turut berdiskusi dan membedah buku terkait.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Siti Walidah Ahmad Dahlan.
Foto: tokoh nasional
Siti Walidah Ahmad Dahlan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Siti Walidah merupakan istri KH Ahmad Dahlan yang dikenal memiliki pendiri Muhammadiyah. Siti Walidah diketahui memiliki jasa yang luar biasa.

Selain mendirikan 'Aisyiyah, ia juga berperan meningkatkan harkat dan martabat perempuan. Sebab itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Pimpinan Pusat (PP) 'Aisyiyah melangsungkan soft launching dan mengupas buku Menapak Jejak Siti Walidah pada 18 November lalu.

Kegiatan ini dihadiri sederet tokoh untuk turut berdiskusi dan membedah buku terkait. Pembicara Prof Siti Chamamah Soeratno mengatakan, Siti Walidah menjadi panutan bagi kehidupan Chamamah.

Apalagi dengan sikap dan tindakan Siti Walidah yang mampu menjawab tuntutan zaman, membuat Chamamah terinspirasi dan meningkatkan kualitas diri. Menurutnya, kepribadian Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan yang baik tersebut berasal dari keluarga yang mengedepankan pendidikan.

Tidak hanya itu, nilai-nilai yang ada dalam keluarga tersebut diamalkan oleh Nyai Ahmad Dahlan dalam kehidupan sehari-hari. "Ia juga piawai membesarkan hati orang lain dan menjadi penerang tatkala keadaan tidak memungkinkan,” jelasnya.

Hal tak jauh berbeda disampaikan oleh Siti Fadilah Supari. Ia yang pernah menjabat sebagai menteri kesehatan menuturkan, Nyai Ahmad Dahlan memberikan inspirasi baginya untuk terus berupaya dan berkontribusi bagi bangsa. Hal ini terutama di dunia kesehatan yang digelutinya.

Pada buku tersebut diceritakan bagaimana kerja keras Siti Fadilah saat dipercaya menjadi menteri kesehatan. Salah satunya perseteruannya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait flu burung.

Ia berkeyakinan vaksin flu burung tidak perlu dilakukan. Begitu juga dengan penolakannya akan gagasan flu burung yang menular dari manusia ke manusia. Semua itu berdasarkan penelitian ilmiah, bukan pendapatnya semata.

Perjuangan Siti Fadilah tidak sia-sia. Flu burung yang begitu mematikan tidak jadi berkembang sebagai pandemi. Hal ini karena ia mampu membuktikan tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Hal itu membuat sorot mata dan dukungan mengalir ke dirinya.

Pada kegiatan ini juga dihadiri Yuli Mumpuni Widarso  yang pernah menduduki duta besar Indonesia di Aljazair dan Spanyol. Ia mengenal 'Aisyiyah dari sang ibu yang memang berkecimpung di situ. Apalagi ibunya juga merupakan seorang guru di salah satu SMA Muhammadiyah.

Ia melihat kesederhanaan orang Muhammadiyah memberikan nilai tambah di masyarakat. Begitu pula dengan komitmen kuat dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tanpa pamrih.

“Nilai-nilai itulah yang selalu saya pegang teguh dan amalkan dalma kehidupan sehari-hari. Pun dengan upaya saya saat memegang amanah sebagi duta besar,” katanya menjelaskan.

Adapun Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan juga merupakan pahlawan nasional. Saat Muhammadiyah berdiri pada 1912, ia selalu menyokong perjuangan suaminya. Salah satunya dengan mengusahakan pendidikan kaum wanita di beberapa kampung seperti Kauman, Lempuyangan, Karangkajen, dan lainnya,

Pada buku Menapak jejak Siti Walidah juga dipaparkan benang merah perjuangan Siti Walidah dengan potensi-potensi perempuan masa kini. Kemudian diceritakan bagaimana perempuan mengikuti jejaknya dan berkarya di bidangnya masing-masing.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement