Senin 28 Nov 2022 07:10 WIB

Ukraina Tuding Rusia Hambat Ekspor Biji-bijian dari Laut Hitam

Ekspor biji-bijian Ukraina tidak akan mencapai target sebesar 3 juta ton

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Menteri Infrastruktur Ukraina, Oleksandr Kubrakov, pada Ahad (27/11/2022) malam mengatakan, ekspor biji-bijian Ukraina tidak akan mencapai target sebesar 3 juta ton pada November karena Rusia mencoba membatasi inspeksi kapal di pelabuhan. Pada Oktober, sekitar 4,2 juta ton biji-bijian diekspor dari pelabuhan Ukraina.

"Biasanya ada 40 inspeksi sehari, sekarang karena posisi Rusia, pemeriksaan berkurang lima kali lebih sedikit," kata Kubrakov.

Kubrakov mengatakan, 77 kapal mengantre untuk lulus inspeksi di Turki. Sementara kapasitas pengiriman di tiga pelabuhan Laut Hitam hanya digunakan sekitar 50 persen.

Sebelumnya, kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina dan melindungi koridor transit dari tiga pelabuhan Laut Hitam dicapai pada Juli. Kesepakatan ini diperpanjang selama empat bulan pada pertengahan November.

Ukraina dan Rusia adalah eksportir biji-bijian utama dunia. Mereka sepakat membentuk tim khusus yang akan memeriksa kapal untuk memastikan tidak ada orang atau barang terlarang yang datang atau berangkat dari pelabuhan Ukraina.  Tetapi ekspor Ukraina mulai melambat. Kyiev menuding Rusia enggan untuk mempercepat inspeksi kapal.

Pada September, Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia dan negara berkembang telah "ditipu" oleh kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina yang ditengahi PBB. Putin mengatakan, mereka mengirimkan biji-bijian ke negaranya sendiri dan bukan ke negara miskin yang membutuhkan pangan.

Pada Sabtu (26/11)/2022 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menjadi tuan rumah pertemuan puncak dengan negara-negara sekutu untuk meluncurkan rencana mengekspor biji-bijian senilai 150 juta dolar AS ke negara-negara yang paling rentan terhadap kelaparan dan kekeringan.  Zelenskyy mengatakan, Kiev telah mengumpulkan bantuan sekitar 150 juta dolar AS dari 20 negara dan Uni Eropa untuk mengekspor biji-bijian ke Ethiopia, Sudan, Sudan Selatan, Somalia dan Yaman.

“Kami berencana mengirim setidaknya 60 kapal dari pelabuhan Ukraina ke negara-negara yang paling menghadapi ancaman kelaparan dan kekeringan,” kata Zelenskyy.

Pertemuan pada Sabtu dihadiri langsung oleh perdana menteri Belgia, Polandia dan Lituania, serta presiden Hongaria.  Presiden Jerman dan Prancis serta ketua Komisi Eropa menyampaikan pidato yang ditampilkan melalui video. Pertemuan itu bertepatan dengan hari peringatan tahunan Ukraina untuk Holodomor, atau peristiwa kelaparan era Stalin yang menewaskan jutaan orang Ukraina pada musim dingin 1932-1933.

Inisiatif pengiriman biji-bijian tersebut melengkapi kesepakatan yang ditengahi PBB, yang memungkinkan beberapa pengiriman biji-bijian dari Ukraina melalui Laut Hitam. Zelenskyy mengatakan inisiatif Grain from Ukraine bertujuan untuk menunjukkan bahwa Kiev berkomitmen dengan janjinya untuk mengirim biji-bijian di tengah perang dengan Rusia.

“Ini akan menjadi salah satu kontribusi terbesar bagi stabilitas global, ini adalah sebuah langkah nyata yang sangat diperlukan,” kata Zelenskyy.

Dalam pidatonya, Macron mengumumkan kontribusi sebesar 6 juta euro atau 6,24 juta dolar AS untuk pengangkutan dan distribusi biji-bijian Ukraina oleh Program Pangan Dunia ke Yaman dan Sudan.

“Negara-negara yang paling rentan tidak boleh membayar harga perang yang tidak mereka inginkan. Prancis dan semua mitra kami telah memutuskan untuk menunjukkan solidaritas melalui tindakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement