Selasa 29 Nov 2022 06:52 WIB

Layanan Kesehatan Polri Jangkau Seluruh Pengungsian Gempa Cianjur

Satgas Kesehatan Polri siapkan ambulans yang dikerahkan mengunjungi tenda pengungsi.

Red: Ratna Puspita
Ilustrasi suasana di pengungsian. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, layanan kesehatan Polri telah menjangkau seluruh tempat pengungsian gempa Cianjur.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi suasana di pengungsian. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, layanan kesehatan Polri telah menjangkau seluruh tempat pengungsian gempa Cianjur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, layanan kesehatan Polri telah menjangkau seluruh tempat pengungsian gempa Cianjur. Khususnya, masyarakat yang belum mendapatkan layanan kesehatan sejak gempa 5,6 magnitudo terjadi.

“Sebanyak 1.521 pasien berasal dari kantong-kantong pengungsian yang belum tertangani oleh fasilitas kesehatan, dapat ditangani oleh Satgas Kesehatan Polri,” kata Dedi di Jakarta, Senin (28/11/2022).

Baca Juga

Jenderal bintang dua itu menyebutkan, Satgas Kesehatan Polri menyiapkan ambulans yang dikerahkan mengunjungi tenda-tenda pengungsian, apabila diperlukan tindakan rujukan. “Ada 16 ambulans setiap hari mengunjungi tenda-tenda pengungsian melayani pemeriksaan kesehatan,” katanya.

Tidak hanya itu, kata Dedi, Satgas Kesehatan polri memberikan bantuan pengobatan umum seperti vitamin, penyuluhan kesehatan, penyaluran bantuan kesehatan hingga evakuasi pasien ke rumah sakit. “Semua pelayanan kesehatan yang dilakukan Polri agar masyarakat korban gempa Cianjur tetap sehat di saat proses pemulihan pascagempa,” katanya.

Hampir semua satuan kerja (satker) Polri turun memberikan bantuan kesehatan kepada pengungsi gempa Cianjur. salah satunya Korps Brimob Polri. Saat mengunjungi posko pengungsi di Kampung Cipetir, Desa Ciwalet, Kecamatan Warung Kondong, Tim Kesehatan Lapangan (Keslap) Korps Brimob menemukan Isna Jamilah (10) terkapar dalam kondisi lemah di saung pengungsian

Menurut neneknya, saat gempa Isna tertimpa tembok bangunan. Isna sempat mendapatkan pengobatan dari bidan dan relawan medis yang datang, tetapi hanya diberikan obat.

Kondisi Isna terus melemah dan tidak bisa berjalan, hanya bisa duduk dan berbaring dan tidak mau makan. “Jadi, kondisi Isna tidak bisa berjalan, dicurigai ada cidera panggul akibat tertimpa reruntuhan,” kata dokter Ipda Amsal.

Isna akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara setelah mendapat persetujuan dari ayahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement