Rabu 30 Nov 2022 05:27 WIB

Harga Gabah Mahal, Penggilingan Minim Stok

Harga gabah kering giling (GKG) saat ini di kisaran Rp 6.500 per kilogram.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Pekerja mengambil gabah di tempat penggilingan pad.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Pekerja mengambil gabah di tempat penggilingan pad.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga gabah yang mahal membuat operasional pabrik penggilingan beras di Kabupaten Cirebon menjadi terkendala. Musim tanam rendeng 2022/2023 pun mengalami kemunduran akibat adanya proyek perbaikan jaringan irigasi.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, menjelaskan, harga gabah kering giling (GKG) saat ini di kisaran Rp 6.500 per kilogram.

Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) GKG yang mencapai Rp 5.550 per kilogram di tingkat penggilingan.

Secara umum, lanjut Tasrip, masa panen gadu 2022 di Kabupaten Cirebon sudah berakhir. Meski ada juga sejumlah lahan yang masih mengalami panen karena melakukan indeks pertanaman (IP) 300 atau tanam tiga kali setahun.

"Tapi jumlahnya ya satu - dua (lahan),"  kata Tasrip kepada Republika, Selasa (29/11).

Untuk lahan yang panen, saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petaninya di kisaran Rp 5.800 per kilogram. Harga itupun jauh diatas HPP yang mencapai Rp 4.450 per kilogram.

Meski harga gabah tinggi, Tasrip mengatakan, para petani tetap memilih menyimpan sebagian gabahnya dan tidak menjual seluruhnya. Gabah tersebut dijadikan sebagai simpanan untuk memenuhi kebutuhan biaya musim tanam rendeng.

Tasrip menyatakan, tingginya harga gabah itu akhirnya berdampak pada operasional pabrik penggilingan beras. Pasalnya, mahalnya harga gabah saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan harga beras.

"Di sini penggilingan akhirnya banyak yang ‘istirahat’ sementara karena harga gabah mahal, sedangkan harga beras di pasaran stuck. Mereka kan harus menganalisa keuntungan," ujarnya.

Tasrip menyebutkan, di Kabupaten Cirebon banyak terdapat pabrik penggilingan beras. Sebagai contoh di Kecamatan Gegesik, ada sekitar 40 pabrik penggilingan beras. Belum lagi di kecamatan-kecamatan lainnya.

Tasrip mengungkapkan, pabrik penggilingan beras akan kembali aktif beroperasi saat daerah sentra padi di Jawa Tengah mulai panen. Diperkirakan masa panen di wilayah tersebut pada Januari atau Februari.

"Mereka akan cari gabah ke wilayah Jawa Tengah," kata dia.

Sedangkan untuk wilayah Cirebon, lanjut Tasrip, saat ini belum memulai musim tanam rendeng. Adanya proyek perbaikan jaringan irigasi, telah membuat musim tanam jadi mundur.

Untuk wilayah barat Kabupaten Cirebon, kata Tasrip, air baru mulai dialirkan pada 26 November 2022. Karenanya, para petani baru mulai bisa melakukan persemaian sekarang dan melakukan tanam sekitar pertengahan Desember 2022.

Sementara untuk wilayah timur Kabupaten Cirebon, tambah Tasrip, air baru akan dialirkan pada 1 Desember 2022. Karenanya, pelaksanaan tanam diperkirakan baru akan dilakukan pada akhir Desember 2022.

"Biasanya awal November sudah mulai tanam, sekarang akhir November baru mulai persemaian," ucap Tasrip.

Terpisah, pemilik penggilingan beras di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Wagi, mengaku minimnya stok gabah yang dimilikinya. Dia menyebutkan, saat ini stok gabah yang masih dimilikinya hanya 20 ton. "Biasanya paling minim stok ada 100 ton gabah," kata dia.

Wagi mengatakan, minimnya stok itu dikarenakan mahalnya harga gabah yang dibeli dari petani hingga mencapai Rp 6.600 per kilogram. Dia menyatakan, harga gabah hasil panen gadu memang biasanya tinggi karena kualitasnya yang bagus.

Selain itu, petani juga memilih menyimpan dan tidak menjual seluruh gabah hasil panen mereka dikarenakan musim tanam rendeng yang masih lama. "Sebagai simpanan untuk modal tanam rendeng," tutur Wagi.

Meski demikian, Wagi bersyukur hingga kini pabrik penggilingan milik keluarganya masih tetap bisa beroperasi. Apalagi, sebentar lagi petani akan memulai musim tanam rendeng sehingga mereka akan menjual gabah simpanannya. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

(QS. Al-Baqarah ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement