Rabu 30 Nov 2022 21:20 WIB

Ancaman Resesi Ekonomi dan PHK Meningkat, Perusahaan Teknologi Ini Tetap Percaya Diri

saat ini gelombang PHK terjadi di industri usaha yang bergerak di bidang teknologi

Red: Muhammad Akbar
Public Expose PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) di Jakarta, Rabu (30/11).
Foto: istimewa
Public Expose PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) di Jakarta, Rabu (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman resesi maupun gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang bakal terjadi tahun depan menjadi kerisauan banyak pelaku usaha di Indonesia.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) menyimpan kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan yang pada pengujung tahun maupun tahun 2023.

Komisaris Utama PT IndoSterling Technomedia Tbk, Sean William Henley, mengaku sangat bersyukur bisa melewati masa sulit tahun ini tanpa melakukan PHK. Ia melihat saat ini gelombang PHK marak terjadi di industri usaha yang bergerak di bidang teknologi, termasuk bisnis start-up.

"Tech bukan masuk pada kategori startup, melainkan ada di lingkup teknologi. Sejauh ini kami berusaha untuk tidak melakukan PHK sebagaimana yang banyak dilakukan pada perusahaan teknologi," kata William Henley saat berbicara pada acara Public Expose PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) di Jakarta, Rabu (30/11).

William Henley menyadari dalam setengah tahun terakhir ini telah banyak perusahaan teknologi yang berguguran. Ia mengaku salah satu kekuatan yang membuat Tech tetap berjalan karena pengembangan produk Bussiness to Bussiness (B2B) menjadi tumpuannya.

"Berbeda dengan sebagian besar perusahaan startup yang menggantungkan hidup dari dana investor untuk bertahan, TECH memiliki produk-produk yang bersifat B2B dan sudah berhasil diserap pasar dan konsumen secara sustaible," ujarnya.

Direktur Utama PT IndoSterling Technomedia Tbk (TECH), Billy Andrian, mengatakan optimisme untuk menatap akhir tahun ini karena diperkuat dengan data pencapaian aset dan ekuitas korporasi yang secara konstan meningkat dibandingkan tahun lalu.

"Di saat kondisi gonjang ganjing yang akan terjadi pada 2023, kami percaya bahwa selalu ada kesempatan," tuturnya.

Billy mengatakan berjalannya proses pemulihan ekonomi secara nasional pasca pandemi Covid-19 telah berimbas pada seluruh sektor termasuk di bidang yang menjadi cakupan bisnis TECH.

"Kami optimistis untuk menutup tahun 2022 dengan kinerja yang positif sekaligus menargetkan pencapain lebih baik tahun depan,” katanya.

Billy juga menjelaskan sebagai perusahaan berorientasi global, pihaknya telah memiliki Roadmap to Sustainability Measure and Net Zero. Ia mengatakan hal tersebut menjadi bentuk dukungan nyata bagi komitmen Indonesia dalam mengendalikan dan menurunkan emisi secara global.

Langkah nyata Pemerintah Indonesia terkait kebijakan tersebut adalah menerapkan carbon pricing berupa carbon tax yang telah ditetapkan melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Untuk saat ini, kata dia, sesuai dengan UU HPP pajak karbon yang diperjualbelikan Rp 30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara.

“Sebagai wujud nyata mendukung net zero carbon, PT IndoSterling Technomedia Tbk selain menjalankan sejumlah langkah untuk menekan produksi karbon juga melakukan pembelian karbon kredit sebesar 17 ton atau sekitar 25,7 persen karbon yang dihasilkan pada tahun 2021,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement