Rabu 30 Nov 2022 22:09 WIB

Qatar Investasi di Ratusan Kapal Pengangkut Gas Alam Cair

Akan ada ratusan kapal yang menjadikan Qatar sebagai kekuatan gas global.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Kapal pengangkut gas alam. ilustrasi
Foto: Abir Sultan/EPA
Kapal pengangkut gas alam. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Qatar ingin menjadi kekuatan gas global dengan berinvestasi dalam ratusan kapal yang dapat mengangkut gas alam cair (LNG). Menteri Energi Qatar Saad Sherida Al-Kaabi menyatakan pada Selasa (29/11/2022), negara Teluk itu sedang dalam proses membangun armada kapal terbesar di dunia untuk mengekspor LNG.

Presiden dan CEO QatarEnergy itu mengatakan kepada media Jerman Bild, 20 miliar euro akan diinvestasikan dalam armada yang saat ini sedang dibangun di China dan Korea Selatan. Nantinya akan ada ratusan kapal yang menjadikan Qatar sebagai kekuatan gas global.

Baca Juga

Al-Kaabi sebelumnya telah menandatangani kontrak dengan Jerman yang setiap tahun akan mengangkut dua juta ton LNG ke negara Eropa efektif pada 2026. “Ini adalah kesepakatan pertama yang pernah kami buat di Jerman. Seperti yang Anda ketahui, tidak ada terminal (LNG) di Jerman. Yang baru sedang dibangun,” katanya dikutip dari Anadolu Agency.

Dalam kesepakatan baru ini, pasokan akan berjalan selama 15 tahun. Pasokan gas alam ini akan melalui terminal yang sedang dibangun di Brunsbuettel. "Jika dilihat dari total konsumsi, ini setara dengan sekitar tiga persen konsumsi gas Jerman," ujar Al-Kaabi.

QatarEnergy dan perusahaan utilitas Jerman dilaporkan telah terlibat dalam negosiasi yang alot mengenai kesepakatan LNG hampir sepanjang tahun ini. Berlin ingin menggantikan pemasok gas terbesarnya, yaitu Moskow.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyambut baik kesepakatan antara Qatar dan negaranya. Dia mengatakan, kontrak jangka panjang penting untuk keamanan energi Jerman. “Secara keseluruhan kami akan memastikan bahwa kami memiliki banyak negara berbeda yang memastikan pasokan energi kami,” ujarnya.

"Dengan demikian, saya yakin bahwa ini adalah blok bangunan penting lainnya untuk rumah yang sebagian besar telah kami bangun," kata Scholz.

Jerman yang sebagian besar bergantung pada gas alam untuk ekonominya berharap dapat mengganti semua impor energi Rusia paling cepat pertengahan 2024. Negara ini pun belum menerima gas apa pun dari Rusia sejak akhir Agustus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement