Kamis 01 Dec 2022 21:30 WIB

Jumlah Penderita TBC di Makassar Meningkat

Jumlah penderita TBC di Makassar terus meningkat selama tiga tahun terakhir.

Red: Nora Azizah
Jumlah penderita TBC di Makassar terus meningkat selama tiga tahun terakhir.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Jumlah penderita TBC di Makassar terus meningkat selama tiga tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mencatat terjadi peningkatan penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) atau TB setiap tahun, khususnya pada tiga tahun terakhir. Jumlah penderita pada tahun 2018 tercatat sebanyak 18 ribu kasus. Sedangkan tahun 2019, naik hampir 19 ribu kasus. Lalu pada tahun 2020, angkanya turun hanya 12 ribu.

"Namun, ketika itu terjadi lockdown ataupun pembatasan aktivitas sehingga informasi yang diterima pun terbatas," kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Sulsel Rosmini Pandin di Makassar, Kamis (1/12/2022).

Tahun selanjutnya yakni 2021, angkanya mulai naik menjadi 15.103 kasus dan hingga Januari-Oktober tahun ini sudah menyentuh 15.298 kasus. "Meningkat karena kita memang lagi bergerak mencari. Mungkin dulu tidak terlalu kelihatan, tetapi sekarang ini karena kita lagi gencar menemukan dan mengobati maka kasusnya terlihat banyak," kata Rosmini.

Baca Juga

Rosmini menegaskan bahwa pihaknya tengah gencar memberantas TB. Bahkan, gencar mencari penderita TB agar bisa ditangani lebih cepat. Rosmini mengungkapkan, perlu perhatian bersama karena TB harus dicegah, diperiksa, karena sangat menular. Pencegahan dengan masker misalnya, merupakan satu langkah mudah dilakukan.

"Di lapangan, tim melakukan edukasi, skrining, dan testing. Selanjutnya diobati disertai dengan pengawasan dan didampingi menjalani perawatannya sampai tuntas," jelasnya.

Ia menjelaskan, penyakit TB dapat sembuh dengan durasi waktu hingga enam bulan, sehingga ini yang perlu dipahami lebih jauh. Ketika seorang sudah mengalami batuk selama dua pekan, maka sudah harus diperiksakan.

"Ini yang belum banyak memahami. Kan bisa sembuh, yang penting dia patuh dan jangan ada treatment yang putus, karena bisa resisten. Enam bulan sudah bisa," jelasnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَذَرِ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَعِبًا وَّلَهْوًا وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهٖٓ اَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌۢ بِمَا كَسَبَتْۖ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ ۚوَاِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اُبْسِلُوْا بِمَا كَسَبُوْا لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيْمٍ وَّعَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢبِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ ࣖ
Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafiran mereka dahulu.

(QS. Al-An'am ayat 70)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement