Jumat 02 Dec 2022 14:14 WIB

Korban Gempa Cianjur Kembali ke Rumah Secara Berselang

Pada malam hari warga korban gempa Cianjur memilih tinggal di tenda pengungsian.

Red: Ani Nursalikah
Pengungsi beraktivitas di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). Beberapa pengungsi korban gempa Cianjur mengisi waktu malam hari di tenda pengungsian dengan menggelar tahlil atau menyaksikan pertandingan piala dunia. Korban Gempa Cianjur Kembali ke Rumah Secara Berselang
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengungsi beraktivitas di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). Beberapa pengungsi korban gempa Cianjur mengisi waktu malam hari di tenda pengungsian dengan menggelar tahlil atau menyaksikan pertandingan piala dunia. Korban Gempa Cianjur Kembali ke Rumah Secara Berselang

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Sejumlah masyarakat yang menjadi korban bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali menggunakan rumahnya secara berselang hanya di siang hari. Pada malam hari mereka lebih memilih tinggal di tenda pengungsian karena dinilai lebih aman apabila ada gempa susulan.

"Kalau siang diam di rumah karena ada bangunan yang sebagian tidak roboh. Kalau malam, kami memilih tinggal di tenda karena merasa lebih aman kalau ada gempa," kata Siti Masitoh (60 tahun) salah seorang korban gempa bumi di Kampung Tegal Lega, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur Kota, Jumat (2/12/2022).

Baca Juga

Ia bersama suaminya memilih tinggal di tenda terpal yang didirikan sekitar rumahnya. Sedangkan anaknya yang sudah berkeluarga dan tinggal di daerah lain.

Siti selama sepekan sejak kejadian bencana gempa bumi Senin, 21 November 2022 lebih memilih bertahan di pengungsian. Ia tidak mau masuk ke rumah karena takut atau trauma dengan kejadian gempa.

"Kalau masuk ke rumah merasa asing, takut, takut gempa lagi, karena gempa masih ada," kata Siti.

Namun, sudah beberapa hari ke belakang, Siti bersama suaminya sudah mulai berani masuk ke rumah yang bangunannya masih kukuh untuk memasak atau aktivitas lainnya. Jika malam tiba, kata Siti, tinggal di tenda beralaskan kasur yang dibawa dari rumah, kemudian terpal untuk menghalangi panasnya matahari dan air hujan, serta tidak peduli dengan embusan angin.

"Kalau angin sudah pasti, tapi tidak apa-apa karena tidur hanya beberapa jam. Pukul 02.00 WIB saya bangun siap-siap untuk jualan," katanya.

Selain Siti, ada juga korban gempa lainnya di Kampung Cijedil, Kecamatan Cugenang yang berada di pinggiran kota dan dilaporkan paling terdampak besar akibat bencana tersebut. Seorang warga Cijedil, Usman (58) yang mendirikan tenda di sekitar rumahnya mengatakan, memilih banyak tinggal di tenda dibandingkan di rumah karena masih takut.

Ia berharap kondisi rumahnya yang rusak bisa secepatnya diperbaiki oleh pemerintah agar bisa tinggal dengan aman dan nyaman, tidak lagi berlama-lama tinggal di tenda. "Sekarang masih tinggal di tenda, masih takut ke rumah," katanya.

Terkait bantuan kebutuhan pokok seperti beras dan lainnya selama di pengungsian, Usman mengaku terpenuhi, namun warga saat ini membutuhkan sepatu bot agar mudah saat beraktivitas. "Makanan ada, namun sekarang warga butuh sepatu bot," kata ayah yang kedua anaknya meninggal dunia akibat tertimpa bangunan saat gempa.

Laporan Posko Utama Penanggulangan Bencana Gempa Cianjur tercatat korban meninggal dunia sebanyak 329 orang, dan 11 orang masih dalam pencarian. Selanjutnya korban yang masih bertahan di tempat pengungsian sebanyak 114.414 orang, dan 654 luka berat dan masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement