Jumat 02 Dec 2022 16:37 WIB

Pasar Asuransi Mayoritas Golongan Kaya, Asuransi Syariah Didorong Lebih Merakyat

Sesuai cetak biru, asuransi syariah didorong perluas kanal distribusi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) meluncurkan Cetak Biru Asuransi Jiwa Syariah di Jakarta, Kamis (1/12).
Foto: AASI
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) meluncurkan Cetak Biru Asuransi Jiwa Syariah di Jakarta, Kamis (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas pasar asuransi syariah adalah 3-5 persen segmen ekonomi teratas dalam populasi Indonesia. Pasar ini sama dengan asuransi konvensional.

Task Force Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Haryo Pamungkas menyampaikan pengguna asuransi memang mayoritas masih dari kalangan atas. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa distribusi asuransi masih didominasi, hingga 96 persen, oleh bancassurance dan keagenan.

"Secara operasional itu biayanya cukup tinggi sehingga kontribusi atau preminya menyesuaikan sehingga memang baru kalangan teratas yang memanfaatkan," katanya saat Peluncuran Cetak Biru Asuransi Jiwa Syariah Indonesia, Kamis (1/12).

Menurutnya, ini sekaligus menjadi tantangan asuransi syariah kedepan. Sesuai pedoman dalam Cetak Biru, asuransi syariah perlu memperluas kanal distribusi alternatif dan juga membuat produk yang lebih terjangkau serta sederhana sehingga dapat dinikmati seluruh kelas masyarakat.

Selain itu, literasi dan edukasi terkait asuransi juga terus menjadi tantangan utama dalam penetrasi produk. Penetrasi asuransi syariah sendiri masih 0,1 persen dengan pangsa pasar atau share terhadap PDB sekitar 4,3 persen.

"Tingkat literasi masih sangat rendah, sehingga inovasi-inovasi termasuk dalam produk harus diwujudkan," katanya.

Hal pertama yang didorong sebagai tahap awal implementasi Cetak Biru Asuransi Jiwa Syariah Indonesia sendiri adalah meningkatkan literasi dan edukasi. Semangat dan prinsip utama asuransi syariah yang jadi pembeda, yakni tolong-menolong harus semakin digaungkan.

Ketua Umum AASI, Tatang Nurhidayat menyampaikan, secara kinerja, industri asuransi syariah sebenarnya terus tumbuh signifikan. Per September 2022, asetnya tumbuh tiga persen dari Rp 43,7 triliun menjadi Rp 44,9 triliun.

"Kontribusi bruto naik signifikan hingga 18,13 persen dari Rp 16,8 triliun menjadi Rp 19,96 triliun," katanya.

Klaim bruto juga turun 1,58 persen dengan investasi mengalami perbaikan, yakni tumbuh 5,28 persen. Ia sendiri optimistis kinerja asuransi syariah akan tetap positif meski ada tantangan resesi global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement