Jumat 02 Dec 2022 19:19 WIB

Peran Strategis Penghafal Alquran

Penghafal kitab suci Alquran berperan strategis di masyarakat.

Rep: re/ Red: Agung Sasongko
Hafidzoh mendengarkan hafalan Alquran dari santri bimbingan program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) di masjid Pondok Pesantren I
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Hafidzoh mendengarkan hafalan Alquran dari santri bimbingan program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) di masjid Pondok Pesantren I

REPUBLIKA.CO.ID, Penghafal kitab suci Alquran berperan strategis di masyarakat. Mereka menjadi imam masjid dan mushala, baik di kota besar maupun pedalaman. Mereka menjadi pendakwah yang hidup bersama masyarakat di seluruh Indonesia.

Ketua Umum DPP Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafiz-Hafizah (Ipqah) KH Said Agil Hussein al-Munawwar menyebut mereka berperan sebagai figur. Masyarakat kerap merujuk berbagai permasalahan kepada mereka. Tidak hanya permasalahan agama, hafiz dan qari juga kerap terlibat dalam memecahkan problem sosial.

Baca Juga

“Ini yang terjadi sejak dulu,” kata Said dalam artikel yang dimuat Republika.

 

Penghafal Alquran kerap memiliki kemampuan membaca kitab suci tersebut dengan menggunakan lagu yang indah didengar. Kemampuan seperti ini menarik perhatian masyarakat luas. Warga Indonesia yang beragama Islam sangat menghormati mereka karena dinilai menguasai ilmu-ilmu keislaman. Penghafal Alquran akhirnya dicintai dan disayangi. Apa yang mereka katakan menjadi rujukan masyarakat.

Menurut Said, di tangan merekalah Islam didakwahkan sebagai agama yang toleran. Islam mereka dakwahkan sebagai solusi konflik sosial, misalnya. Ketika ada bentrokan antarkelompok di kampung, merekalah yang hadir untuk mendamaikan masyarakat. Selain itu, mereka juga dituntut untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang cinta Alquran. Mereka mengajarkan anak-anak mengaji. Setelah pintar mengaji, mereka kemudian mengajarkan anak-anak untuk mampu mengamalkan Alquran.

Said mengatakan, pemerintah tidak boleh menutup mata terhadap keberadaan mereka. “Alhamdulillah, pemerintah, baik pusat maupun daerah, memberikan penghargaan lebih kepada mereka,” ujarnya. Di Kalimantan Selatan, tidak kurang dari 200 qari dan penghafal Alquran mendapat bantuan uang insentif Rp 1,5 juta setiap bulan. Kemudian, masih ada ratusan, bahkan ribuan lagi yang mendapat bantuan.

Saat ini, berdasarkan data Ipqah, tidak kurang dari 48 ribu penghafal Alquran yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka adalah alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Ada yang lahir dari perguruan tinggi di Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan berbagai negara di Timur Tengah. Ada juga yang berasal dari perguruan tinggi dalam negeri, yaitu Universitas Islam Negeri (UI) dan Institut Studi Agama Islam (ISAI) di seluruh Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement