Ahad 04 Dec 2022 13:59 WIB

Bupati Tangerang Berbagi Cara Kelola Kawasan Pesisir di Forum ASEAN

Peningkatan dan pengelolaan kawasan pesisir perlu dilakukan secara beriringan

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, membagikan kiat-kiat mengelola kawasan kumuh di pesisir pantai dalam ASEAN Mayors Forum (AMF) 2022 yang berlangsung di Phnom Penh, Kamboja pada Jumat (2/12/3022).
Foto: istimewa
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, membagikan kiat-kiat mengelola kawasan kumuh di pesisir pantai dalam ASEAN Mayors Forum (AMF) 2022 yang berlangsung di Phnom Penh, Kamboja pada Jumat (2/12/3022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, membagikan kiat-kiat mengelola kawasan kumuh di pesisir pantai dalam ASEAN Mayors Forum (AMF) 2022. Zaki diundang atas capaiannya dalam mengelola kawasan kumuh di pesisir pantai dan mengubahnya menjadi lokasi ekowisata Ketapang Aquaculture.

Zaki mendapat kesempatan sebagai pembicara untuk dua sesi. Sesi pertama adalah Parallel Sesion IV dengan membahas ASEAN Sustainable Urbanisation. Disusul untuk sesi Mayor Round Table dengan tema Exploring Sustainable Development Goals Collaboration.

Baca Juga

Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan terkait peningkatan kawasan pesisir yang modern. Terkait hal itu, Kabupaten Tangerang juga berhasil dijadikan lokasi percontohan nasional dan internasional yang ditetapkan dalam agenda PEMSEA Network of Local Government (PNLG) Forum 2022 pada Oktober lalu.

"Pertumbuhan populasi yang tinggi setiap tahun membuat adanya tekanan di setiap wilayah, termasuk pesisir Kabupaten Tangerang," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Vice President PEMSEA itu dalam keterangan tertulisnya, Ahad (4/12/2022).

Berdasarkan data pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang, pada 2018 hingga 2022 terdapat peningkatan sebesar 487.812 jiwa atau sekitar 15 persen menjadi 3.216.465 jiwa. Maka dari itu, pihaknya melakukan peningkatan secara parsial.

Menurut dia, peningkatan dan pengelolaan kawasan pesisir perlu dilakukan secara beriringan. Itu berarti, hal yang perlu dilakukan bukan hanya pembangunan infrastrukturnya saja, tetapi juga ekonomi serta lingkungan. "Konsep pembangunan ini adalah yang terintegrasi antara ekonomi, infrastruktur, dan lingkungan yang dibutuhkan untuk menopang perkembangan urbanisasi," tutur Zaki.

Dia mengungkap sejumlah tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan hal tersebut. Tantangan itu, antara lain pemukiman kumuh, sampah, masyarakat miskin, abrasi, laju urbanisasi yang tinggi juga banjir rob hingga penurunan habitat mangrove.

Sejumlah program pun dijalankan untuk mengatasi hal itu, salah satunya melalui Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Kawasan yang menjadi percontohan tersebut adalah Desa Ketapang, Kecamatan Mauk.

Di sana dilakukan bedah rumah, pembudidayaan ikan dan udang, penyediaan tempat pelelangan ikan pelabuhan serta konservasi mangrove. Pihaknya juga meningkatkan pelayanan setempat, seperti pembangunan pasar tradisional, kantor kecamatan, puskesmas hingga stadion mini.

"Kita juga meningkatkan sanitasi di sekolah-sekolah, salah satunya adalah menempatkan seluruh WC di gerbang masuk sekolah. Tujuannya agar komunitas bersama-sama mengawasi dan memelihara sanitasi. Dengan begitu ada tanggung jawab moral untuk konsisten mereka merawatnya," ujar dia.

Selain itu, pihaknya juga menjalankan program Kurangi Sampah Sekolah Kita atau Kurasaki, yaitu upaya dalam mengurangi volume sampah di sekolah dengan membiasakan siswa membawa bekal makan dari rumah dan meniadakan tempat sampah. Hal itu merupakan sejumlah upaya Kabupaten Tangerang dalam menciptakan kawasan pesisir yang modern.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement