Senin 05 Dec 2022 02:03 WIB

Permintaan Tenun Badui Mulai Kembali Normal

Permintaan tenun khas dari suku Badui mulai kembali normal.

Red: Bilal Ramadhan
Warga mengamati pembuatan kain tenun Suku Baduy di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Permintaan tenun khas dari suku Badui mulai kembali normal.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga mengamati pembuatan kain tenun Suku Baduy di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Permintaan tenun khas dari suku Badui mulai kembali normal.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Permintaan kain tenun Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kembali mulai normal sejak pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir, yang berdampakomzet pendapatan perajin menurun drastis.

"Sekarang, permintaan kain tenun Badui relatif berangsur mulai normal lagi, setelah dua tahun turun drastis akibat pandemi Covid-19," kata Jali, seorang perajin warga Badui.

Baca Juga

Ia bersyukur permintaan kain tenun Badui, yang belum lama ini menerima Sertifikat/Surat Pencatatan Kekayaan Intelektual Komunal atas Tenun Badui dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) kembali normal.

Para wisatawan yang berkunjung ke permukiman masyarakat Badui, kata dia, selalu membeli kain tenun Badui dengan jumlah cukup banyak sebagai oleh-oleh untuk pulang ke daerah asalnya.Kebanyakan pengunjung wisatawan itu datang dari Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang dan sejumlah kota di Provinsi Banten sendiri.

Kunjungan para wisatawan, kata dia, meningkatdi kawasan permukiman Badui itu setiap akhir pekan. "Kami merasa kewalahan melayani permintaan wisatawan hingga menghasilkan omzet pendapatan sekitar Rp 10 juta/pekan, yang jika dibandingkan saat awal Covid-19 sepi pembeli," kata Jali.

Begitu juga perajin kain tenun Badui lainnya,Sarti, yang mengaku saat ini permintaan kain tenun relatif meningkat dan hampir setiap akhir pekan bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 12 juta, karena banyaknya wisatawan.

Pendapatan sebesar itu, menurut dia, sudah mulai normal dibandingkan saat merebak Covid-19, di mana perajin merasakan dampak penurunan penjualan. Produk kain tenun Badui itu dijual tergantung kualitas berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 1,2 juta per lembar dengan ukuran 3X3 meter persegi.

"Kami berharap produk kain tenun itu dapat menyumbangkan ekonomi keluarga," kata Sarti.

Sedangkan perajin tenun Badui lainnya, Neng, mengaku dirinya kini memroduksi kain tenun lagi dan juga kembali memajang produksi kerajinan Badui di balai rumah sambil menunggu kedatangan wisawatan pengunjung.

Produksi kerajinan Badui, selain kain tenun juga selendang, pakaian batik Badui, baju kampret, ikat kepala atau lomar, cenderamata , tas koja, golok, dan madu lebah. "Kami hanya mengandalkan konsumen dari pengunjung wisatawan itu " kata Neng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement