Senin 05 Dec 2022 22:02 WIB

RI-Eurasia Mulai Perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas

Sepanjang 2021, perdagangan bilateral RI-Eurasia mencapai 3,3 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan bersama Uni Ekonomi Rusia (Eurasian Economic Union/UEE) meluncurkan Perjanjian Perdagangan Bebas RI-UEE pada Senin (5/12/2022). Perundingan perjanjian dagang akan dilakukan oleh kedua negara dalam dua tahun ke depan.

Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan, mengatakan, Indonesia dengan negara-negara anggota UEE yakni Rusia, Kazakhstan, dan Belarus memiliki hubungan perdagangan yang berlangsung lama."Ini menandakan momentum bersejarah untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang baru," kata Zulkifli di Jakarta.

Ia menyampaikan, Indonesia memandang UEE sebagai mitra dagang penting. Namun diakui hingga saat ini kinerja perdagangan bilateral belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.

Sepanjang 2021, perdagangan bilateral kedua pihak mencapai 3,3 miliar dolar AS atau meningkat 48,2 persen dari 2020 sebesar 2,2 miliar dolar AS. "Namun, dalam lima tahun terakhir angka itu tidak meningkat seperti yang kita harapkan. Ini merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian kita bersama," kata dia.

Karena itu, Kemendag menyambut baik inisiatif antara Indonesia dan UEE berupa perjanjian perdagangan bebas. Dampak ekonomi berupa mesin pertumbuhan harus dihasilkan dari perjanjian tersebut. Pihaknya pun meminta agar kedua negara saling mendukung tim perunding agar perjanjian bisa disepakati sesuai target dua tahun ke depan.

Menteri Perdagangan UEE, Andrey Slepnev, mengatakan siap mendukung perundingan perjanjian dagang untuk meningkatkan perdagangan ke depan. Indonesia telah menjadi mitra dagang strategis bagi UEE dari kawasan Asia Pasifik.

"Ini saatnya kita untuk meningkatkan perdagangan dari sebelum masa pandemi," ujarnya dari Moskow, Rusia. 

Ia menuturkan, kedua negara memiliki industri pertanian yang besar. Itu menjadi keunggulan disaat dunia sedang menghadapi tantangan ekonomi dan transformasi teknologi.

Perjanjian dagang yang akan dirundingkan diharapkan dapat menangkap peluang kerja sama yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru sekaligus memperkuat ketahanan pangan antar kedua pihak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement