Selasa 06 Dec 2022 14:12 WIB

Menghemat Keuangan dengan Kreativitas

Resesi disebutkan bakal mencapai puncaknya pada 2023.

Rep: Desi Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
Menghemat Keuangan dengan Kreativitas . Foto: Prancis masuki masa resesi. (ilustrasi)
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Menghemat Keuangan dengan Kreativitas . Foto: Prancis masuki masa resesi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kreativitas menjadi satu dari sekian cara yang dapat diterapkan untuk melakukan penghematan. Jadi, menghemat biaya atau dana yang kita punyai bisa dengan cara yang cermat dan pintar. Pengelolaan uang dengan cara yang bijak dan kreatif pun dapat dilakukan.

Namun, ada cara lain, misalnya saja dengan kreatif memanfaatkan bahan-bahan nabati yang terjangkau harganya untuk menghasilkan beragam menu yang menarik, namun sehat. Tak hanya itu, bisa pula cara mengkreasikan makanan menjadi ladang usaha untuk mendapatkan tambahan dana.

Baca Juga

Semua cara ini dapat diterapkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kondisi yang menyulitkan di masa datang. Contohnya saja resesi yang disebutkan bakal mencapai puncaknya pada 2023.

Bagaimana cara memunculkan kreativitas tersebut dan diterapkan dalam berbagai bidang? Kreativitas seperti apa yang memang dapat dijalankan dengan aman dan prospektif untuk nilai lebih bagi kita?

Pemilik usaha Minime Fresh and Frozen, Eva Fahrunnisa, menjual berbagai makanan beku sejak tahun 2018. Kemudian, ia memanfaatkan dagangannya tersebut dan menjadikannya makanan siap santap. Ia membuat berbagai menu ala Korea. Ide membuat makanan ini dimulai sejak tahun 2021.

Kreativitasnya ini tidak muncul begitu saja. Ia melakukan riset sebelum menjajakan dagangannya. Pertama-tama, ia mencari sesuatu yang belum ada di tempat ia berjualan di daerah Pengalengan, Jawa Barat.

"Saya mencari makanan apa yang belum banyak yang jual, tapi orang-orang cukup mengenal nama dari produknya," ujar Eva kepada Republika.

Sebelum menjual produknya, Eva melakukan tes pasar terlebuh dahulu, agar ia tahu soal selera dan daya beli warga disekitarnya itu. Setelah itu, Eva mulai melakukan branding produknya. Dan membuat rasa makanan sesuai lidah target pasar, serta menyesuaikan harga biar masuk ke daya beli warga sini.

"Kalau satu produk sudah mulai dikenal, coba di mix dan di tambah makanan lain yang memang sesuai sama negara asalnya," ujarnya.

Karena sekarang drama Korea, KPop dan budaya Korea lain lagi banyak digandrungi di daerahnya, Eva mencoba mengenalkan salah satu makanan Korea, sebut aja odeng atau oemuk. Setelah berhasil menjual dengan harga dan rasa yang sesuai dengan selera warga sini, mulai melihat lagi oemuk versi originalnya bisa dikombinasikan dengan apa, semisal dengan teokpokki, dakbal atau ceker tanpa tulang, ramyeon atau mie.

"Selain di kembangkan sesuai dengan menu original di koreanya, supaya tidak membuang bahan baku, untuk upgrade menu di cari sumber bahan yang menggunakan bumbu atau bahan yang sama. Jadi tidak ada bahan baku yang terbuang," tambahnya.

Eva juga menjual aneka olahan makanan berbahan paha fillet, diantaranya karage, ekado dan lainnya. Ia mengambil bahan baku ayam fillet dari produk makanan beku yang ia jual.

Jadi, ia bisa berhemat sekaligus menghasilkan uang dengan mengolah bahan baku yang ada. Selain itu, juga bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi. Ia menjual makanan buatannya mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. "Responnya bagus. Karena murah, enak, dan belum banyak yang kenal," ujarnya.

Bukan hanya itu, agar mendapat uang lebih banyak, ia kerjasama dengan beberapa saudaranhya yang juga pedagang. Ia menyediakan bahan baku untuk jualan makanan matang yang dijual saudaranya.

Tips berhemat

Sementara itu Perencana Keuangan, Agustina Fitria juga memberikan tips berhemat dengan kreativitas. Biasanya pengeluaran terbesar keluarga adalah urusan makan.

Menurutnya tentu saja kreativitas dalam membuat masakan yang memanfaatkan bahan baku yang ada di dalam kulkas bisa menjadi cara untuk berhemat. "Meskipun mungkin tidak terlalu terasa penurunannya jika tidak dicatat atau dipantau secara khusus. Yang akan lebih terasa misalnya mengurangi atau mengerem keinginan belanja barang-barang bermerek," ujarnya.

Menurutnya kreativitas lain adalah dalam menghasilkan pemasukan, misalnya mengembangkan kemampuan memasak makanan frozen food atau siap santap dengan sistem pre-order sehingga modal yang dibutuhkan tidak besar.

Selain itu, bila bisa memasak di rumah, biasanya bisa berhemat dengan membuat menu satu pekan, berbelanja sesuai dengan menu tersebut. Jangan lupa lakukan enyimpanan yang baik agar bahan makanan yang sudahh dibeli untuk satu pekan tersebut tidak mudah rusak, terutama untuk sayuran dan hewani.

"Menu bisa dibicarakan bersama anggota keluarga agar memang menu tersebut yang mereka suka dan pasti akan dihabiskan," tambahnya.

Ia juga menyarankan untuk membeli bahan makanan di pasar segar atau pasar tradisional dibandingkan membelinya di pusat perbelanjaan.

Sementara untuk keluarga yang tidak memungkinkan memasak di rumah karena keterbatasan waktu atau kemampuan memasak, maka umumnya akan membeli di luar rumah. Pastikan makanan atau minuman yang dibeli bukan karena lapar mata saja. Jadi pastikan bisa membeli dengan lunas atau tidak menunda pembayaran dan bisa menghabiskannya.

"Membeli makan di luar rumah biasanya berbiaya lebih tinggi daripada memasak sendiri dan juga kandungan gizi dan kesegaran bahan-bahannya tidak terpantau. Oleh karena itu, tetap usahakan untuk menyediakan waktu memasak sendiri di sela-sela waktu yang masih ada," sarannya.

Ia juga menyarankan untuk kreatif mengubah barang preloved menjadi tambahan uang, terutama untuk barang-barang yang selama ini akibat kalap belanja dan malah tidak atau jarang terpakai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement