Kamis 08 Dec 2022 23:38 WIB

Masyarakat Sleman Diajak Sadari Pentingnya Identitas Keunikan Desa Wisata

Masyarakat di desa wisata didorong untuk menggali potensi yang ikonik.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Pengunjung berwisata di Candi Prambanan, Sleman, D I Yogyakarta (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Pengunjung berwisata di Candi Prambanan, Sleman, D I Yogyakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Martini Mohamad Paham menyebutkan pariwisata berkualitas dapat menciptakan peluang bagi desa wisata untuk mengambil peran. “Wisatawan memilih mencari tempat-tempat baru, masyararakat perkotaan juga memilih desa wisata sebagai alternatif tempat wisata dan ini adalah peluang bagi kita semua untuk bangkit membangun desa wisata,” ungkapnya, Kamis (8/12/2022).

Untuk itu, Martini mendorong desa wisata untuk menggali potensi yang ikonik dan menarik dari produk-produk wisata yang ada untuk ditonjolkan, karena desa wisata juga membutuhkan identitas (branding), diantaranya dengan cara mengangkat keunikan lokal yang dimiliki.

Baca Juga

Pentingnya mengangkat keunikan desa wisata ini juga menjadi perhatian dari Inspektur Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Restog Krisna Kusuma, saat membuka secara langsung Sosialisasi Sadar Wisata yang berlangsung di Kabupaten Sleman.

Pasca-pandemi, ujarnya, perjalanan wisata didominasi pergerakan pariwisata nusantara atau domestik, dengan kecenderungan pada pola wisata yang bersifat luar ruangan (outdoor), termasuk atraksi, keindahan alam dan budaya. 

“Oleh sebab itu, desa wisata menjadi salah satu alternatif yang dapat membangun experience dan dapat memberikan kesan bagi wisatawan, dengan menghadirkan ciri khas dan keunikan produk lokal, serta pelayanan yang berkualitas,” ucap Restog.

Pada kesempatan yang sama, selain menekankan pentingnya desa wisata memiliki identitas dan keunikan, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Ishadi Zayid juga menjelaskan upaya menjadikan pariwisata sebagai lokomotif perekonomian diantaranya melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelolaan pariwisata. 

“Pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan, salah satunya adalah dengan partisipasi masyarakat. Dengan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM, maka masyarakat akan dapat berpartisipasi dalam kemajuan pariwisata. Sehingga kemudian masyarakat bukan hanya sebagai penonton saja, tapi sekaligus sebagai pelaku,” tutur Ishadi. 

Salah satu pelaku pariwisata yang menjadi peserta Sosialisasi Sadar Wisata 5.0 menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini, 

“Para narasumber disini mengingatkan kembali hal-hal yang sepertinya sederhana tapi sebetulnya penting untuk dilakukan, misalnya bagaimana bersikap dan berpenampilan, juga tentang bagaimana menghadapi konflik. Jadi bagus sekali,” ujar Agung. 

Agung Susila adalah pegiat seni budaya Jemparingan (panahan tradisional Jawa) yang berasal dari Kalurahan Tamanmartani, Sleman. Secara nasional, kegiatan sosialisasi ini merupakan lanjutan dari sosialisasi tahap pertama yang telah sukses di gelar di 65 Desa Wisata sejak awal tahun 2022 dan saat ini memasuki tahap lanjutan dari Sosialisasi Sadar Wisata yang akan digelar di 90 Desa Wisata berikutnya yang belokasi di 6 Destinasi Pariwisata Prioritas, meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Wakatobi dan Labuan Bajo.

Menparekraf/Kabaparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, melalui program pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan, Kemenparekraf berkomitmen untuk berperan dalam mendukung peningkatan dan penyiapan Sumber Daya Menusia (SDM) andal dan profesional di bidang parekraf. "Di antaranya melalui pelatihan bagi para pelaku pariwisata dari desa-desa wisata,” kata Sandiaga seperti dilansir dari Antara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement