Jumat 09 Dec 2022 16:02 WIB

Gula Aren dan Batik Jadi Produk Unggulan Kabupaten Lebak

Produksi gula aren di Lebak terbesar di Banten dengan omzet Rp 100 miliar per tahun.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja membawa gula aren yang akan dijual di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Senin (20/4/2020).
Foto: ANTARA/muhammad bagus khoirunas
Pekerja membawa gula aren yang akan dijual di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Senin (20/4/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Lebak, Abdul Waseh mengatakan, gula aren dan batik menjadi produk unggulan daerahnya. Hal itu karena dua produk itu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

"Kami terus mendorong produksi gula aren dan batik agar mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," katanya dalam keterangan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jumat (9/12/2022).

Produksi gula aren dan batik di Kabupaten Lebak terus berkembang. Sehingga, hal itu dapat menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan dan mengatasi kemiskinan serta pengangguran.

Produksi gula aren di Lebak menjadi terbesar di Provinsi Banten dengan 6.000 unit usaha dan omzet mendekati Rp 100 miliar per tahun. Produksi gula aren tersebar di Kecamatan Sobang, Gunungkencana, Cijaku, Cigemblong, Cihara, Malingping, Panggarangan, Bayah, Cilograng, Cibeber, Leuwidamar, Cirinten, Muncang, dan Lebak Gedong.

Produksi gula aren itu berbentuk cetak dan bubuk atau disebut gula aren semut, dengan permintaan hingga mancanegara. Begitu juga produksi batik di Lebak dengan 12 motif juga unik karena menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta alam.

Karena itu, batik Lebak didominasi gambar lukisan alam, seperti huma juga rumah pangan atau leuit. "Produksi gula aren dan batik ini menjadi unggulan pelaku UMKM Kabupaten Lebak agar semakin kuat dan ekonomi meningkat," kata Abdul.

Dia menuturkan, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak juga melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pedagang agar bisa memasarkan produk menggunakan aplikasi digital karena pangsa pasarnya menjadi luas. Pelatihan itu diharapkan semua pelaku UMKM bisa memasarkan produknya secara digital melalui marketplaceatau media sosial.

Pemasaran secara daring sangat praktis dan menguntungkan untuk mempertemukan produsen dan konsumen. Berdasarkan jumlah pelaku UMKM di Kabupaten Lebak yang aktif sekitar 56 ribu unit usaha dan ke depan mereka memasarkan produknya secara online.

Selama ini, kata dia, pelaku UMKM yang sudah memasarkan produknya melalui digitalisasi cukup meningkat. "Kami mendorong semua pelaku UMKM dapat memanfaatkan platform daring, selain memasarkan secara konvensional," kata Abdul.

Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Mitra Mandala Kabupaten Lebak Anwar Aan mengatakan, selain dipasok ke daerah lain, produknya juga diekspor ke Korea Selatan dan Australia.

Sementara itu, Umsaro, pelaku UMKM Batik Lebak Chanting Pradana, mengatakan ketika pandemi Covid-19 renda, kini permintaan konsumen dari Tangerang, Serang, Jakarta, dan Bandung meningkat. Permintaan konsumen itu kebanyakan yang memiliki butik juga desainer busana, ASN, BUMN dan masyarakat umum.

Namun, untuk konsumen dari kalangan masyarakat umum itu setelah melihat dari media sosial dan marketplace. "Kami merasa terbantu dengan meningkatnya permintaan konsumen sehingga kembali menyerap tenaga kerja," kata Umsaro.

Harga batik termurah dijual berkisar Rp 150 ribu dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp 1 juta. Saat ini, Umsaro telah meningkatkan produksi dengan 40 pekerja agar bisa terpenuhi permintaan konsumen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement