Jumat 09 Dec 2022 17:20 WIB

Ancaman Resesi, Bambang Brodjonegoro: Ekonomi Dunia Sedang tidak Baik

Pemerintah harus segera memitigasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar global.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah agar dapat segera memitigasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar global.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah agar dapat segera memitigasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi perekonomian dunia yang tengah dilanda krisis dan terancam resesi pada tahun depan menjadi hal yang diantisipasi pemerintah Indonesia. Hal ini mengingat adanya kebijakan suku bunga tinggi, krisis pangan, energi dan perang geopolitik.

Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah agar dapat segera memitigasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar global. “Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja,” ujarnya saat webinar Economic & Capital Market Outlook 2023, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Menyikapi kondisi demikian, Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dan CSA Community didukung Perkumpulan Profesional Pasar Modal Indonesia (PROPAMI) mencoba mengajak para stakeholder dan pelaku pasar modal yang terdiri dari, professional, investor, expert, para manajerial perusahaan publik dan komunitas yang peduli pasar modal untuk mengulas dan mencari solusi atas kondisi perekonomian global dan lokal pada 2023. 

Sementara itu Ketua Pelaksana Economic and Market Outlook Capital 2023 Haryajid Ramelan menambahkan potensi resesi global akan menjadi ancaman bagi ekonomi dan pasar modal Indonesia. 

Senior Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Faisal Rachman menambahkan adanya risiko dari ekonomi global dan domestik. Adapun faktor dominan global selain tingkat bunga federal reserve yang masih akan tinggi, juga resesi beberapa negara, termasuk di China yang akan alami perlambatan ekonomi serta perang dan juga harga komoditi yang tinggi.

Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk  M Agus Setiawan menambahkan saat ini perseroan masih menguasai 50 persen pangsa pasar jalan tol di Indonesia. Menurutnya, investasi jalan tol merupakan investasi jangka panjang dengan masa payback period sekitar 15 sampai 35 tahun. 

“Pada awal investasi dan beroperasi sudah dipastikan akan terjadi defisit cash flow hingga lebih dari 10 tahun,” ucapnya.

Dengan pengalaman mengelola jalan tol selama 40 tahun, Jasa Marga berencana menjadi Perusahaan Jalan Tol Nasional Terbesar, Terpercaya dan Berkesinambungan. Saat ini Jasa Marga memiliki 35 konsesi jalan tol dengan total panjang jalan 1.809 kilometer.

Sejak masuk bursa pada 2007, emiten berkode JSMR yang sahamnya 70 persen dimiliki pemerintah termasuk saham yang sangat aktif dan kerap diburu investor. Per 31 Agustus 2022, nilai kapitalisasi pasar sahamnya telah mencapai angka Rp 23.5 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement