Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fitri Maharani

Santri, Prestasi, dan Teknologi

Edukasi | Friday, 09 Dec 2022, 11:38 WIB

“Santri Bisa, Pesantren Jaya”

Tepat pada 22 Oktober 2022 kemarin diadakannya peringatan Hari Santri Nasional, yangbditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Penetapan Hari Santri Nasional bukan tanpa alasan, hal ini merupakan wujud penghargaan terhadap perjuangan para santri, kyai dan ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Dikalangan masyaratkat Indonesia, tentu tidak asing lagi dengan kata “SANTRI”, dimana identik dengan sarung dan peci, juga berkaitan erat dengan kyai dan ulama, oleh sebab itu kata santri dan kyai tidak dapat dipisahkan. Perjuangan menjadi seorang santri bukanlah hal yang mudah, terlebih jika kita lihat bagaimana rekam jejak masa lalu, jihad seorang santri tidak hanya sampai pada mengaji dan menghafal Al-Quran saja, tetapi harus mengorbankan dirinya dalam melawan para penjajah. Perjuangan diluar nalar manusia, mampu mengikis habis penjajah hanya dengan bambu runcing dan senjata tradisional, yang terbalut dengan doa dan ridho Allah SWT.

Lain halnya dengan orang-orang diluar kalangan santri, mereka cenderung menganggap santri hanyalah anak polos dan lugu, dengan pakaian yang monoton serta jauh dari kehidupan yang modern. Justru dengan inilah menjadi ciri khas seorang santri, dengan pakaian yang sederhana guna menjaga sopan santun yang kini mulai memudar dikalangan muda mudi. Bahkan. Orang-orang menaganggap santri hanya mengerti soal ilmu agama saja, gaptek, dan tidak menguasai ilmu umum. Padahal, memahami ilmu agama secara mendalam merupakan point plus tersendiri.

Menjadi seorang santri adalah sebuah kebanggan bagi diri seseorang, meski terkadang dianggap sebelah mat. Bahkan memunculkan stigma bahwa santri hanyalah golongan orang yang kolot dan tidak menerima perkembangan zaman. Santri juga dipenuhi dengan segudang prestasi, tidak hanya ilmu agama namun juga mencakup ilmu umum. Tidak hanya dikalangan pesantren namun juga dikalangan internasional.

Kini telah banyak pondok pesantren yang telah menyumbangkan berbagai prestasi, mengikis habis stigma rendah yang diberikan pada seorang santri. Pada tahun 2021, salah seorang santri di Tapanuli, Sumatera Utara berhasil meraih juara 1 di Shanghai China dan mengalahkan 193 negara. Ia adalah Muhammad Ja’far Hasibuan, sosok ilmuwan kelas dunia penemu Biofar Shcrimp, Obat kulit bagi manusia dan hewan. Kini namanya telah dikenal oleh hampir seluruh masyarakat.

Pesantren merupakan tempat belajar sekaligus tempat tinggal para santri, memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran dan gaya hidup santrinya. Seiring perkembangan zaman, kini banyak pondok pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum, orang-orang menyebutnya “Pesantren Modern”. Meski demikian, tidak mengubah kaidah dan tujuan pesantren dalam mendidik santrinya. Pesantren harus bersifat fleksibel, menyesuaikan perkembangan zaman guna menghadapi era 4.0 agar tidak tertinggal oleh globalisasi yang semakin maju.

Mengikuti kemajuan zama dengan teknologi yang semakin canggih membuat para santri lebih berekspresi dalam mengembangkan keterampilan, dalam bidang teknologi contohnya. Hal ini dibuktikan oleh salah seorang santri asal Tasikmalaya yang mengikuti ajang perlombaan inovasi teknologi ditingkat internasional yang diadakan oleh ISTEC (International Science Technology and Engineering Competition). Mereka membuat sebuah teknologi berupa mantel, terinspirasi dari teknologi yang lebih dahulu berkembang di Eropa.Mantel tersebut dapat digunakan pada berbagai musim di dunia karena mengandung dry ice yang bisa mendinginkan dan juga menghangatkan.

Zaman yang makin berkembang dan teknologi yang semkain canggih, merupakan sebuah peluang bagi para santri untuk lebih bisa berekpresi dan menciptakan hal yang baru. Menjadikan santri dan pesantren turut mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga stigma bahwa santri hanyalah seorang yang kolot dan menolak perkembangan zaman sudah saatnya dipatahkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image