Profil: Ajang Pembuktian Mentalitas Juara Tim Samurai Biru
REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Melalui pola pengembangan pemain muda dan pengenalan sepak bola di tingkat sekolah, Jepang mampu meneruskan dominasinya di panggung sepak bola, khususnya di kawasan Asia.
Pemain-pemain seperti Shinji Okazaki, Yuto Nagatomo, Shinji Kagawa, dan Keisuke Honda menjadi produk-produk paling menonjol dari pembinaan pemain muda yang diterapkan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) dalam 10 tahun terakhir.
Hasilnya, satu tahun sebelum gelaran Piala Dunia 2014, tim berjuluk Samurai Biru itu sudah memastikan diri tampil di putaran final Piala Dunia.
Jepang pun menjadi tim pertama yang memastikan tampil di Brasil 2014 usai finish di puncak klasemen akhir Grup B dengan raihan 17 poin dengan rekor lima kemenangan, dua kali imbang, dan satu kali kalah.
Jepang pun meneruskan tren positif untuk terus melaju ke putaran final Piala Dunia selama lima kali beruntun sejak melakoni debut tampil di Piala Dunia 1998 Prancis.
Jika menilik barisan skuat Jepang, warga di negara kepulauan itu rasanya layak untuk merasa optimistis terkait laju penampilan tim kesayangannya di Brasil 2014.
Fleksibilitas posisi bermain Honda, yang dapat dimainkan sebagai winger ataupun penyerang lubang, dipadukan dengan kreativitas permainan yang dimiliki Shinji Kagawa, dan aksi top skorer babak kualifikasi, Shinji Okazaki, bakal menjadi jawaban dalam hal merobek gawang lawan.
Pengharapan warga Jepang untuk bisa melihat timnya melaju ke babak perempat final dan memperbaiki rekor tiap kali berlaga di Piala Dunia pun disadari oleh Okazaki.
''Keinginan untuk bisa bertahan di fase grup sangat tinggi dan fans kami sangat berharap untuk itu. Saat ini, kami memiliki peluang yang sangat besar untuk melangkah lebih dari 16 besar karena kami memiliki banyak pemain yang berlaga di liga-liga top Eropa,'' kata Okazaki di Japan Daily Press.
Bergabung di Grup C bersama Pantai Gading, Yunani, dan Kolombia, Jepang memang memiliki keunggulan dalam hal pengalaman lolos dari putaran grup. Dari ketiga pesaingnya itu, hanya Jepang yang mampu menorehkan prestasi terbaik lolos ke babak 16 besar.
Terakhir, Jepang harus rela tersingkir lewat adu penalti dari Paraguay di babak 16 besar Piala Dunia 2010 silam. Namun, penampilan Jepang bukan tanpa kelemahan.
Juara Piala Asia 2011 itu dianggap belum memiliki mentalitas juara. Pangkal anggapan ini adalah buruknya penampilan tim Samurai Biru di ajang pemanasan Piala Dunia yakni Piala Konfederasi 2013.
Bergabung bersama Italia, Brasil, dan Meksiko, Jepang tidak sekalipun merasakan kemenangan. Sempat mencatatkan keunggulan atas Italia lewat torehan dua gol di babak pertama laga ketiga fase grup, Jepang justru harus menyerah 3-4 dari juara dunia 2006 itu dengan skor 3-4. Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri buat pelatih Jepang, Alberto Zaccheroni.
Selain itu, Jepang juga tidak mau hanya menjadi tim penghibur dan bulan-bulanan di Brasil 2014. Status sebagai juara Asia bakal dipertahanankan oleh Honda dan kawan-kawan.
Dengan berbekal kemampuan mumpuni pemain, pemahaman taktik Zaccheroni, dan semangat pantang menyerah khas negara raksasa asal Asia Timur itu, Jepang bertekad untuk menorehkan sejarah di Brasil 2014.
''Jelas kami adalah salah satu penantang terbesar. Tim-tim lain mungkin memandang kami sebelah mata dan meremehkan kami, tapi kami tidak akan bisa diintimidasi,'' tutur penyerang AC Milan, Keisuke Honda, seperti dikutip New York Times.