Harga Minyak Dunia Turun, DPR Desak Pemerintah Turunkan BBM
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fluktuasi harga minyak dunia yang saat ini mengalami tren penurunan hingga 50 dolar AS per barel, dan diprediksi akan terus turun seiring dengan akan masuknya kembali minyak asal Iran ke pasar global. Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir mendesak pemerintah untuk mengevaluasi harga BBM saat ini.
"Saya nilai kebijakan pemerintahan Jokowi yang telah mencabut subsidi bbm dan menyerahkannya pada mekanisme pasar, maka pemerintah wajib mengevaluasi kembali harga BBM dari harga yang ditetapkan saat ini," ujar Hafisz, Rabu (22/7).
Hafisz menilai, penurunan harga BBM saat ini perlu dilakukan mengingat kondisi ekonomi nasional yang juga sedang lesu. Penurunan harga BBM diharapkan bisa menjadi pemicu untuk memperbaiki daya beli masyarakat.
"Merangsang kembali daya beli masyarakat yg sempat down dimana selama ini daya beli, sektor konsumsi, menjadi salah satu andalan di sektor ekonomi untuk menekan laju inflasi," ujarnya.
Hafisz sendiri menolak kebijakan harga BBM dengan melepasnya ke pasar. Hal ini, katanya, bertentangan dengan konstitusi.
"Kalau mau adil, kebijakan pemerintah yang menyerahkan mekanisme pasar ini sebenarnya bertentangan dengan konstitusi sebagaimana telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Sehingga pemerintah harus hadir," ujarnua.
Seperti diketahui, penurunan harga minyak dunia ini terjadi karena adanya kesepakatan bersejarah nuklir menyusul Iran dengan 6 negara-negara besar setelah perundingan yang alot selama 10 tahun diselingi embargo minyak asal Iran pada 2012.
Seperti di ketahui, Melansir laman AFP, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus anjlok 1,63 dolar AS menjadi ditutup pada 51,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan global, menetap di 56,86 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,65 dolar AS dari penutupan Selasa.