Doa Bukanlah Mantra Ajaib

Doa Bukanlah Mantra Ajaib

Niranjan Shrestha/AP
Berdoa kepada Allah SWT (ilustrasi)
Red: Achmad Syalaby

Oleh Abdurrahman Muhayar

REPUBLIKA.CO.ID, Doa tidak wajib dilantunkan, namun ia menempati posisi istimewa dalam kehidupan umat manusia, bukan saja umat Islam.

 ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS Al-Baqarah (2): 186).

Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa, ''Doa adalah otak ibadah.'' (HR Ibn Hibban dan at-Tirmidzi). Dalam hadis lain, ''Doa adalah senjata orang yang beriman, tiang agama dan cahaya langit dan bumi.'' (HR al-Hakim).

Baca Juga



Karena pentingnya doa, bertebaranlah di dalam Alquran doa yang dibawa para Nabi SAW dan Rasulullah SWT. Selain itu, dalam hadis pun terekam doa-doa beliau serta doa yang diajarkannya kepada para sahabat, istri, dan putrinya.

Sayangnya, ada keyakinan keliru dalam memaknai posisi doa dalam Islam, sehingga doa menjadi tidak lebih daripada bentuk kelemahan, pelarian diri, kemalasan, dan kekerdilan. Artinya, doa hanya sekadar wujud ketakberdayaan yang memaksa seseorang merengek kepada Allah SWT.

 

Keyakinan tersebut berseberangan dengan doa dalam pemaknaan Islam yang lurus. Doa yang tepat adalah doa yang dilantunkan setelah usaha, ikhtiar, dan kerja keras. Hal ini diteladankan Nabi SAW yang mewariskan untaian doa yang menakjubkan.

Ia tak menjadi pertapa di gunung. Ia terlibat langsung serta menyelami kehidupan rakyat jelata, merasakan kepahitan, dan kesenangan mereka. Dalam melakukan peperangan, misalnya, Nabi SAW selalu mempersiapkan segala kebutuhan untuk berperang. Membangkitkan semangat umat, merapatkan barisan, memikirkan strategi, baru kemudian berdoa.

Doa tidak boleh membunuh kreativitas dan keberanian untuk memperjuangkan hidup. Doa bukanlah pelampiasan kelemahan manusia, melainkan penyokong kekuatan manusia dan penopang usaha-usaha positif dan konstruktif individu untuk membentuk kehidupan pribadi dan sosial. Doa pun bukan pengganti kerja, atau tanggung jawab, melainkan selaras dengan kerja keras, ikhtiar, perjuangan, dan ketekunan.

Doa bukan pula mantra yang mewujudkan keinginan kita dalam sekejap mata. Doa adalah manifestasi cinta manusia dan kebutuhan jiwa. Doa merupakan jeritan sebatang 'bambu' kering yang tercerabut yang ingin kembali ke 'rumpun bambu'. Dengan berdoa berarti kita telah mengakui kerendahan dan kehinaan diri kita di hadapan Yang Maha Suci.

Ringkasnya, doa merupakan ekspresi cinta pada Yang Ilahi, dan cita luhur ideal kebutuhan jiwa manusia. Yang terpenting adalah bahwa doa hanya pantas dilantunkan oleh bibir manusia yang aktif dalam aksi, bukan oleh mulut manusia yang pasif, menyerah pada keadaan.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler